Monday, June 08, 2009

Tuhan Mengerti Beban Kita

Matius 11 : 28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”







Ketika itu hari Rabu, kira-kira satu tahun yang lalu, sepanjang malam saya menahan sakit yang luar biasa. Bisa melihat kembali datangnya matahari pagi adalah saat yang sangat saya dambakan. Sudah beberapa bulan saya tidak mendapatkan kesimpulan yang pasti dari dokter tentang apa sakit yang saya derita. Sudah banyak rangkaian pemeriksaan yang saya lalui. Setiap pemeriksaan memberi informasi yang berbeda mengenai penyakit saya, itulah yang membuat saya menjadi resah dan gelisah. Hasil pemeriksaan yang terakhir kali ini justru membuat keadaan saya semakin tidak menentu. “Sebaiknya bapak hentikan dulu kegiatan berolahraga yang terlalu berat. Bapak biasanya melakukan kegiatan olahraga apa?”, tanya dokter siang itu. “Saya biasa bermain badminton pak!”, jawab saya cepat. “Nah…, kalau begitu sekarang bapak bisa menggantikannya dengan olah raga yang ringan-ringan saja seperti jalan santai. Pelan-pelan nanti boleh ditingkatkan menjadi lari pagi”, jelas dokter pada saya. Saya sangat terkejut mendengar nasehat dokter. “Memangnya sakit yang saya derita apa dok?”, tanya saya dengan perasaan was-was. “Kelihatannya ada masalah dengan jantung bapak.”, jawabnya santai. Sepulang dari rumah sakit saya terus memikirkan apakah benar penyakit jantung yang saya derita, karena saya tidak merasa menderita penyakit itu. Karena ragu dengan hasil itu, kami pun pergi lagi ke dokter yang lain untuk mendapatkan diagnosa lagi tentang keluhan yang saya rasakan.

Hingga tibalah saya pada kondisi Rabu malam itu. Saya merasakan sakit yang luar biasa. Malam itu terasa panjang sekali. Segala kesusahan berkecamuk di dalam hati dan pikiran. Saya terus berdoa, jika Tuhan mengijinkan saya untuk melayani-Nya biarlah segala penyakit ini diangkat-Nya. “Papa bersabarlah… Sudah banyak kesulitan yang berhasil kita lalui. Sakit yang papa alami saat ini pasti akan berhasil papa lalui juga…”, suara istri saya di malam itu membuat hati saya menjadi semakin perih rasanya. Belum lagi melihat kedua anak saya yang sedang beranjak remaja, kekhawatiran saya kembali timbul. “Pikiran apa yang paling mengganggu papa saat ini?”, tanya istri saya lagi. “Saya memikirkan anak-anak kita…, saya tak sanggup membayangkan jika terjadi sesuatu pada saya, bagaimana hari depan mereka nantinya?”, akhirnya terucap juga kata-kata itu kepada istri saya. “Papa jangan bicara seperti itu. Papa pasti akan sembuh! Tuhan akan menolong keluarga kita dan membuat papa kembali sehat…”, kata istri saya menguatkan saya. Malam itu kami bergumul dalam doa kepada Tuhan. Biarlah Tuhan membuat yang terbaik. Ternyata saya berhasil melalui malam yang terasa begitu menyakitkan, malam yang begitu berat di dalam hidup saya dan malam terpanjang yang pernah saya rasakan.

Pagi ini ayat renungan kita mengajak kita untuk datang kepada Tuhan dengan segala beban hidup kita agar kita memperoleh kelegaan dari Tuhan. Di dalam hidup kita memiliki beban yang berbeda-beda yang mesti kita hadapi. Ada beban keuangan, beban pekerjaan, beban dalam rumah tangga, beban penyakit yang kita derita, dan yang lainnya. Sebagai manusia kita terkadang memiliki kekawatiran dan kegelisahan, terlebih bila kita menghadapi ketidakpastian kapan beban yang kita tanggung akan berakhir. Kekhawatiran ini akan melemahkan kita dalam menghadapi beban hidup. Saat kita merasakan beban yang tidak sanggup kita tanggung, kita datang kepada Tuhan. Kita memiliki keterbatasan. Tapi Tuhan punya kuasa yang tidak terbatas. Tuhan akan menolong dan memberi kita kekuatan untuk menghadapi beban hidup kita, Ia akan memberi kelegaan kepada kita. Mari kita datang kepada Tuhan dan menyerahkan beban kita kepada-Nya.

Have a good day !

Gunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini untuk bagikan Roti Pagi kepada sahabat anda.