Friday, June 19, 2009

Permata-Permata Tuhan

Mazmur 144 : 12 “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya, dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru yang dipahat untuk bagunan istana.”







Dulu saat kami baru menikah, kami memiliki rencana dan impian yang baik untuk diwujudkan dalam kehidupan kami. “Marilah kita doakan agar harapan kita untuk segera memiliki keturunan bisa terwujud.”, kata saya kepada istri. “Jika Tuhan kehendaki semoga kita bisa memiliki 3 orang anak ya pa...”, jawab istri saya saat itu. “Ya…, semoga saja kita bisa mendapat seorang putra dan dua orang putri.”, kata saya lagi. Waktu pun berjalan dan doa kami didengar Tuhan, kami dapat memiliki 3 orang anak seperti yang kami harapkan. Kehidupan pun berjalan sebagaimana mestinya. Ketika itu usia putra kami baru 6 tahun, tetapi kesehatannya tidak begitu baik. Dia mengalami gangguan pernafasan. Ketika diperiksa secara lengkap, dokter menyarankan agar dilakukan tindakan terapi secara rutin selama dua tahun. Kami berdua sebetulnya sangat terpukul mendengar keterangan dokter. Kami sangat sedih melihat anak kami yang masih kecil tetapi harus menjalani rangkaian pengobatan yang lumayan panjang.

Karena letak klinik terapi cukup jauh, kami menemui kesulitan untuk membagi waktu, apalagi kami berdua sama-sama bekerja. “Bagaimana kalau saya berhenti bekerja saja pa…”, kata istri saya memohon persetujuan “Dengan mama bekerja saja keadaan keuangan kita masih pas-pasan, bagaimana nanti kalau mama berhenti bekerja…?”, jawab saya bingung. “Tapi kita tidak mungkin terus-terusan minta ijin dari kantor pa. Lagipula anak kita memerlukan perhatian khusus…, saya tidak tega membiarkan dia dirawat orang lain…”, suara istri saya terdengar menahan tangis. Akhirnya kami sepakat untuk mengambil keputusan walau terasa berat kami jalankan, Satu tahun pertama terapi dilakukan 2 kali seminggu, kami terus berdoa memohon kemurahan Tuhan. Doa kami di dengar-Nya. Ketika dievaluasi oleh dokter kondisi kesehatan anak kami membaik dengan cukup pesat. Dokter pun menganjurkan agar terapi dilakukan menjadi 1 kali seminggu. Melihat kemajuan kesehatan yang diperoleh anak kami saat itu, kami merasa apa yang kami telah putuskan adalah yang baik dan tidak perlu disesalkan. “Untunglah mama cepat mengambil keputusan waktu lalu, walau mama harus kehilangan karir dan penghasilan mama.”, kata saya memuji istri saya yang tersenyum tulus. ”Kalau papa tidak mendukungnya tentu saja keputusan itu tidak akan terjadi. Tuhan membuat papa menjadi percaya bahwa itu yang terbaik. Tidak ada yang mustahil yang bisa kita lalui dalam hidup ini pa…”, jawabnya dengan bijak. Kini 25 tahun telah berlalu, anak-anak kami dalam keadaan sehat dan istri saya sudah kembali bekerja. Tuhan juga memberi berkat yang lain sehingga anak-anak boleh belajar dengan baik dan tetap setia di dalam Tuhan.

Ayat renungan kita pada pagi ini menyebutkan harapan tulus dari setiap orang tua agar anak-anaknya boleh tumbuh besar menjadi anak yang baik sesuai harapan orang tua. Adalah sukacita yang besar bagi setiap orang tua untuk menerima kehadiran anak dalam keluarga. Bersamaan dengan itu, maka setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anak-anaknya dengan baik. Terkadang ada saat dimana kita menghadapi tantangan yang berat dalam membesarkan anak. Kita tidak dapat menghadapi beban itu sendirian, karena kita memiliki keterbatasan. Kita perlu memohon kekuatan dari Tuhan dengan doa yang tekun. Sebagaimana Tuhan telah mempercayakan anak-anak kepada orang tua, Tuhan akan menolong dan memberi kebijaksanaan kepada setiap orang tua untuk dapat mendidik dan membesarkan anaknya dengan baik. Marilah kita bersekutu dengan Tuhan setiap hari, agar anak-anak yang kita miliki dapat tumbuh menjadi permata-permata bagi Tuhan.

May we receive the wisdom from our Lord every day !