Ketika saya masih bertugas di pedalaman Kalimantan tengah, saya mendapat tugas di salah satu perkampungan yang ada. Sebagian dari tugas yang diberikan adalah memperhatikan fasilitas kesehatan yang ada di kampung tersebut. Berdasarkan pengamatan, pengetahuan akan kesehatan di tempat itu sangatlah minim yang terlihat dari angka kematian ibu-ibu yang melahirkan masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan ini, atasan saya bermaksud meninjau langsung ke tempat tersebut. “Kalau begitu hari Jumat nanti saya akan meninjau ke sana. Kelihatannya kita harus segera membuka klinik kesehatan, sehingga warga bisa mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan.”, kata pimpinan dengan penuh semangat. “Baik pak, saya siap mengantar bapak ke sana.”, jawab saya. Seperti yang telah dijanjikan, tepat hari Jumat kamipun bersiap untuk pergi. “Bagaimana, apakah kita sudah bisa langsung menemui bapak Bupati di kantornya?”, tanya atasan saya dengan semangat pagi itu. “Tentu pak, saya sudah buatkan janji untuk bertemu pak Bupati pagi ini. Kita segera berangkat sekarang, agar tiba di sana tepat waktu. ”, jawab saya tidak kalah semangat.
Kendaraan yang tersedia di sana hanyalah becak, maka sayapun memanggil becak yang ada. “Pak, tolong antarkan kami ke kantor bupati. Tolong jalannya yang cepat ya pak, kita takut terlambat…!”, pesan saya pada tukang becak.”Oh baik ! Bapak tenang saja…”, jawab tukang becak dengan tenang. Beberapa menit berlalu saya merasakan laju becak ini sangat pelan. ”Pak, bisa tolong becaknya dibuat lebih cepat lagi? Kita perlu cepat bertemu dengan pak bupati!”, suara saya keraskan agar dia mendengar. “Siap pak ! Saya bisa lebih cepat kok.”, jawabnya lagi seraya berusaha mempercepat jalannya becak. Karena jarak yang lumayan jauh dan laju becak masih pelan juga, akhirnya saya kembali berkata kepadanya. “Bapak belum makan ya? Kok pelan sekali membawa becaknya?”, tanya saya. ”Betul pak ! Saya memang belum makan. Bapak adalah penumpang saya yang pertama, jadi saya belum dapat uang buat membeli makanan”, jawabnya polos. “Waduh…, kalau begitu stop dulu pak ! Biar saya saja yang menjalankan becak ini”, jawab saya dengan cepat. Tukang becak ini menurut, diapun duduk dengan atasan saya. Dengan cepat saya naik sadel becak dan mengayuh dengan cepat. Selama lima menit semua berjalan dengan baik. Tiba-tiba angin terasa kencang, saya merasa sulit melawannya, sehingga tanpa bisa saya kendalikan saya kehilangan keseimbangan dan brukkk… !! Becak jatuh ke dalam parit !! Rencana pertemuan dengan pak Bupati pun gagal, karena baju kami semua jadi kotor.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan bahwa kita manusia memiliki kelemahan dan tidak luput dari salah. Kita diajak untuk tidak menghakimi orang lain, karena hanya Tuhan yang mengetahui perbuatan dan kelemahan semua manusia. Di dalam hidup ini terkadang kita dengan mudah menilai bahwa seseorang itu berbuat salah atau belum berbuat yang semestinya. Terkadang kita juga menganggap ringan beban seseorang, tanpa kita berusaha menempatkan diri pada sisi orang tersebut. Bila kita sudah menempatkan diri pada sisi orang tersebut, baru kita akan menyadari beban tersebut, seperti peristiwa yang saya alami. Janganlah kita cepat menghakimi orang lain, karena kita juga tidak sempurna. Marilah kita berusaha memahami sesama kita dan menunjukkan kasih kita setiap hari.
Have a great day !