Monday, June 15, 2009

Turut Merasakan

Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis”.




Di salah satu kegiatan pelayanan masyarakat, saya mendapat kesempatan yang berharga untuk mendengar dan mempelajari berbagai pengalaman orang, baik itu orang yang masih muda maupun yang sudah tua. Hari itu setelah segala persiapan dilakukan dengan baik, kami memulai kegiatan pelayanan kesehatan ini. Sambutan yang kami terima cukup baik, terbukti dengan banyaknya orang yang datang saat itu. Setelah beberapa orang datang silih berganti, datanglah seorang ibu yang mengeluhkan penyakit yang dideritanya. “Saya sering sekali mengalami gangguan perut dan sakit kepala bu…”, katanya kepada saya dengan mimik wajah sedih. “Jika ibu tidak keberatan, boleh saya tahu apa penyebabnya ya bu…?”, tanya saya. “Sebenarnya sakit kepala dan perut ini mulai mengganggu karena begitu banyak masalah yang saya pikirkan di dalam rumah tangga saya …”, jawab ibu itu mulai meneteskan air mata. “Saya tertipu bu ! Karena ternyata saya menikah dengan seorang lelaki yang sudah memiliki istri serta tiga orang anak… Saya betul-betul menyesal memiliki suami seperti dia. Seringkali dia memukul saya tanpa alasan yang jelas bu…”, lanjutnya lagi disertai isak tangisnya.

“Saya turut prihatin dengan kesulitan yang ibu alami saat ini. Tetapi Ibu tidak perlu menyesali semua yang telah terjadi, karena itu hanya membuat ibu menderita penyakit ini.”, ucap saya memberi pengharapan. ”Bagaimana jika ibu kembali bangkit dan menjalaninya dengan hati yang tabah… Ibu harus tekun berdoa kepada Tuhan, karena hanya Dialah yang selalu baik kepada kita”, jelas saya padanya. “Sebenarnya saya bukan tipe orang yang seperti ini bu, saya selalu gembira menghadapi kehidupan. Tetapi setelah menikah, saya menjadi seorang yang pemurung dan sangat tertekan”, suaranya sudah mulai terdengar tenang. “Saya harap ibu juga mulai rajin berdoa agar suami ibu tergerak untuk memiliki sikap dan pikiran yang baik. Dengan berdoa, ibu akan bersemangat lagi menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini. Bagaimana jika saya mendoakan ibu sekarang ?”, anjur saya yang disambut dengan anggukkan kepalanya. Sebelum kami berpisah, saya meyakinkan dia bahwa Tuhan memiliki kuasa untuk menolong kita menghadapi berbagai tantangan dalam hidup ini.

Ayat renungan kita pada pagi ini mengatakan agar kita mau merasakan perasaan orang lain, agar kita merasakan kesedihan dan kebahagiaan sesama kita. Beban kehidupan dapat menimpa siapa saja. Banyak tekanan yang berat, kesedihan, kekecewaan dan keputus-asaan datang silih berganti menghimpit kehidupan banyak orang. Begitu beratnya beban ini, membuat mereka jatuh sakit, frustasi dan mencari jalan pintas untuk lepas dari beban ini. Mereka membutuhkan simpati dan perhatian dari kita. Kita perlu mengulurkan tangan, mendengar keluhan dan memberi penghiburan kepada mereka. Tuhan dapat menggunakan kita untuk meringankan beban hidup sesama kita. Mari kita meminta tolong kepada Tuhan agar Ia dapat menjadikan kita alat yang indah di tangan-Nya setiap hari.

Have a nice day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.