Kolose 3:13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian”.
Satu ketika saya mendapat tugas di daerah Kalimantan Selatan. Karena tuntutan pekerjaan serta daerah pelayanan yang cukup luas, maka kami seringkali harus pergi meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. Keadaan seperti ini membuat rumah kami menjadi perhatian orang-orang yang bermaksud tidak baik. Seringkali pakaian yang kami jemur di luar ketika kami tinggalkan, tiba-tiba sudah tidak komplit lagi karena hilang, atau perabotan dapur yang sudah tidak ada lagi ketika hendak digunakan. Suatu hari ketika kami baru saja pulang dari acara kebaktian, saya mendengar suara yang cukup berisik. Kebetulan rumah kami berbentuk panggung dan lantai dari papan, memang seperti inilah rumah di daerah tempat kami bekerja. “Mam, coba dengar suara apa itu ya?”, tanya saya kepada istri. “Ayo kita lihat saja pa! Mungkin ada sesuatu di luar sana…, dari tadi anjing menggonggong tidak berhenti.”, ajak istri saya. Kami pun berjalan perlahan-lahan agar bisa terhindar dari bahaya, dan …wahhh!! Alangkah terkejutnya kami berdua, karena melihat ada seorang laki-laki muda yang membawa karung, serta alat pencungkil, sedang berusaha membongkar dari bawah lantai papan rumah kami !
Terkejut melihat kami memergokinya, dia berlari dengan cepat. Tetapi malang nasibnya. Saat dia berusaha lari, bajunya terkait pagar kawat rumah. Kami pun segera mendekatinya. Hati saya iba melihatnya, karena ada beberapa luka di kaki dan tangannya. “Kenapa kamu melakukan pekerjaan seperti ini?”, tanya saya kepadanya. “Saya melakukan ini semua agar keluarga saya bisa makan pak!”, jawabnya sambil tertunduk. ”Sudah berapa kali kamu melakukan hal seperti ini?”, tanya saya lagi, “Sudah sangat sering pak…, dan yang selama ini mencuri barang-barang bapak dan ibu adalah saya juga…”, jawabnya lagi pelan dengan wajah ketakutan dan malu. Mendengar perkataannya yang jujur, hati saya jadi tersentuh. Walaupun perbuatan yang dia lakukan tidak baik, tetapi saya menghargai kejujurannya. “Baiklah…, karena kamu sudah berlaku jujur saya memaafkan kesalahanmu. Tetapi ingat, jangan pernah kamu ulangi lagi perbuatanmu ini! Kamu juga minta maaf kepada Tuhan, agar kamu bisa mengerti jalan benar yang harus kamu tempuh di dalam mencari nafkah.”, nasehat saya padanya. “Baik pak, saya berjanji tidak akan melakukan hal tercela ini lagi”, jawabnya dengan yakin. Saya mengobati luka yang ada di tubuhnya. Sebelum dia pulang, kami memberikan beberapa potong pakaian yang dia terima dengan penuh sukacita.
Di pagi ini ayat renungan mengajak kita untuk mengampuni seorang akan yang lain, karena Tuhan telah mengampuni kita terlebih dahulu. Di dalam hidup ini mungkin seseorang melakukan perbuatan yang tidak berkenan pada kita. Boleh jadi hal itu melukai hati kita, kita merasa sakit hati dan menyimpan amarah yang berkepanjangan. Terkadang kita tergoda untuk tidak melupakan perbuatannya dan tidak mau mengampuni orang itu. Manusia tidak luput dari salah, tetapi Tuhan penuh dengan kasih. Tuhan telah mengampuni kita, walau sebetulnya kita tidak layak menerimanya. Kita akan menemukan kedamaian di hati kita, saat kita mengampuni orang yang bersalah pada kita. Hidup akan menjadi lebih indah dan berarti bila kita mengampuni. Marilah kita mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, karena Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni kita.
Have a good day !