Thursday, July 30, 2009

Allah Mengatur Di Belakang Layar

Hari Sabat 25 Juli 2009, jemaat Kemang Pratama telah mengikuti rangkaian kebaktian Sekolah Sabat, dan saatnya memasuki jam kebaktian khotbah. Kebaktian diawali dengan menyanyi lagu pembukaan “Maju Tentra Yesus”. Doa syafaat dilayangkan oleh Bapak Viertin Tobing. Bapak Lianto Napitupulu membacakan bacaan persembahan sebelum pundi-pundi persembahan dibawa oleh diakon kepada jemaat. Anak-anak pada Sabat ini menerima berkat melalui cerita anak-anak yang disampaikan oleh Ibu Dahlia Hutauruk yang menceritakan bahwa setiap orang akan menuai apa yang dia tabur. Anak-anak diajak untuk menabur setiap perbuatan baik, karena hasil yang baik akan mereka tuai. Usai mendengarkan cerita, anak-anak kembali duduk di tempat mereka masing-masing. Sebuah lagu yang merdu “Tuhan Pimpin Spanjang Jalan” dinyanyikan oleh Kwartet Pemudi. Fidella, Yoan, Friska dan Sari menyanyi dengan padu dan merdu. Bapak Sontani Purnama membacakan ayat inti yang diambil dari kitab Daniel 3 : 17-18. Pendeta R.Y. Hutauruk menyampaikan firman yang berjudul “Allah Mengatur Di Belakang Layar”.

Mengawali khotbahnya, Pendeta Hutauruk menekankan bahwa janji yang kita ucapkan pada saat kita akan dibaptiskan merupakan suatu janji yang patut kita ingat, yaitu untuk setia kepada Tuhan dan menjadi saksi bagi orang lain. Daniel dan sahabat-sahabatnya dibuang ke Babilon. Di sana mereka diberikan nama baru oleh raja untuk menghilangkan identitas mereka sebagai umat Allah. Tantangan diberikan mulai dari makanan, minuman hingga menyembah patung raja. Tetapi Daniel dan kawan-kawannya tetap setia pada janji mereka kepada Tuhan. Identitas baru melalui nama yang diberikan raja, tidak menghilangkan identitas mereka yang sesungguhnya sebagai pengikut Tuhan. Mereka tetap teguh berdiri mempertahankan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Pendeta Hutauruk memberikan ilustrasi tentang perkebunan tebu yang habis terbakar, dan pemiliknya terancam bangkrut. Dengan rasa hampir putus asa, pemilik kebun mengambil sisa tebu yang hangus, dia mencicipi rasa tebu yang terbakar. Ternyata lebih manis dari biasanya. Dia mengambil tebu yang telah terbakar ke sebuah pabrik, yang ternyata tetap mau membeli tebu itu karena rasanya lebih manis. Setelah kejadian itu, penduduk banyak yang membakar tebu lebih dulu agar dapat hasil yang lebih manis.

Allah bekerja di balik setiap peristiwa kehidupan yang mungkin terlihat susah dan sulit. Kita tidak perlu putus asa atau menyerah, bila kesulitan menimpa. Kita jangan menyalahkan Tuhan untuk peristiwa yang tidak kita harapkan. Pengalaman Daniel dan kawan-kawannya menunjukkan bahwa Tuhan ada di balik layar peristiwa kehidupan. Allah siap menolong dan memberikan jalan keluar untuk setiap masalah yang kita hadapi. Kita patut meneladani sikap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Saat mereka bertiga dihadapkan pada piihan sulit dengan konsekwensi dihukum oleh raja, mereka mengatakan bahwa Allah sanggup melepaskan mereka, tetapi kalaupun tidak demikian, maka mereka tetap memilih untuk setia kepada Tuhan. Luar biasa ! Pendeta Hutauruk mengajak kita semua untuk percaya bahwa Allah ada di balik layar peristiwa yang kita alami. Kita percaya penuh kepada-Nya dan Tuhan akan menunjukkan keajaiban kuasa-Nya melepaskan kita dari setiap kesulitan yang kita hadapi. Puji Tuhan untuk firman yang memberi berkat sukacita pada Sabat ini.