Mazmur 145 : 13 “Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.”
Ketika itu istri saya pernah terlambat menjemput anak kami pulang dari sekolah. Hal ini terjadi karena tiba-tiba ada tamu yang datang ke rumah saat istri saya hendak pergi menjemput ke sekolah. Akhirnya istri saya terlambat cukup lama, membuat si kecil merasa sangat khawatir dengan dirinya. “Mama, kenapa sih kok jemputnya lama sekali… ? Teman-teman semua sudah pulang. Aku jadi nunggu sendirian di sini kan…!”, katanya kesal sambil menangis. “Aduh…, maaf ya sayang. Tadi ada tamu yang datang ke rumah kita, jadi mama tidak bisa pergi meninggalkan mereka. Sekarang berhenti dong nangisnya, karena mama kan sudah datang ya…”, bujuknya pada si kecil. “Pokoknya, lain kali adek enggak mau begini lagi !”, jawabnya dengan wajah cemberut, tetapi tangisnya sudah mulai reda. “Ohh pasti deh.., mama janji untuk tidak akan terjadi lagi seperti ini!”, ucap istri saya memastikan kepadanya. Kejadian tersebut tidak mudah untuk dilupakan oleh si kecil, karena sejak saat itu si kecil selalu bersikap berhati-hati “Papa, nanti yang jemput adek hari ini siapa? Katanya nanti mama mau pergi…”, tanyanya pada saya di satu pagi. “Oh iya. yang jemput adek hari ini opa yaa…!”, jawab saya. “Yah papa, kenapa opa? Opa itu kan pelupa…! Nanti terjadi lagi deh seperti dulu. Adek sudah tunggu-tunggu mama, eeh.. enggak dijemput juga!”, jawabnya dengan wajah tidak senang.
“Papa akan pastikan supaya opa tepat waktu dan tidak lupa menjemput adek hari ini ya…”, jawab saya tersenyum. “Adek engga mau ah…! Mama perginya nanti saja setelah adek pulang dulu, adek maunya mama saja yang jemput!”, jawabnya dengan wajah cemberut. “Enggak bisa sayang, hari ini mama harus menjemput tante di airport, adek percaya dong sama papa…Opa pasti datang tepat waktu, nanti papa akan ingatkan opa di telepon supaya opa tidak terlambat.”, kata saya kembali meyakinkan si kecil. “Betul ya pa…, adek enggak mau loh kejadian lagi seperti waktu itu.”, jawabnya masih dengan wajah terpaksa. Sikap adek yang belum kembali percaya penuh pada janji kami masih terus terjadi. Anak kami masih belum pulih percayanya pada janji kami. Hal ini kembali terulang ketika dia menghadapi ujian kenaikan kelas, ketika itu anak-anak bisa pulang lebih awal dari biasanya. “Pa, hari ini adek pulang lebih cepat. Papa ingatin mama ya, kalau tidak nanti mama datangnya seperti jam pulang biasa…”, katanya pada saya sebelum berangkat sekolah. “Oh iya, pasti papa akan ingatkan mama.”, jawab saya tenang. “Jangan khawatir dek, mama tidak perlu diingatkan kok. Mama pasti akan jemput lebih awal…”, jawab istri saya tersenyum mendengar pembicaraan kami. “Pokoknya papa harus telpon mama ya, supaya mama jangan sampai lupa.”, lagi-lagi dia masih belum yakin. “Oke sayang, papa akan mengingatkan mama.”, kata saya sambil memeluknya erat.
Ayat renungan kita pada hari ini mengatakan bahwa Tuhan senantiasa setia dalam perkataan dan janji-Nya. Janji adalah hal yang harus ditepati. Setiap orang berharap agar ia mendapatkan apa yang dijanjikan kepadanya. Terkadang kita kecewa bila menghadapi janji yang tidak ditepati. Janji-janji yang tidak ditepati membuat hati kita terluka dan mengganggu rasa percaya kita kepada orang yang membuat janji. Janji yang dibuat manusia bisa jadi gagal karena hal yang terjadi diluar kendali mereka, sehingga janji yang dibuat manusia bersifat tidak pasti. Tetapi sebaliknya, Allah selalu menepati janjinya untuk kita. Dia setia terhadap apa yang dikatakan dan dijanjikan pada kita. Tidak ada yang dapat menggagalkan janji Allah kepada kita. Allah tidak mau membuat hati kita terluka, Dia tidak ingin mengecewakan kita. Marilah kita selalu memegang dan percaya akan janji-janji Tuhan pada kita. Tuhan tidak pernah gagal memenuhi janji-Nya.
Have a nice day !