1 Korintus 13 : 4 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati…”
Meminjam istilah yang beredar di kalangan para karyawan yaitu “I hate Monday!”, mungkin itu juga yang saya rasakan. Sudah satu bulan ini kegiatan di kantor sangat padat, banyak sekali pesanan dari pelanggan yang masuk, tidak seperti biasanya. Senin pagi ini rasanya enggan memulai aktifitas. Melewati kemacetan jalan seperti biasa, akhirnya saya tiba di kantor. “Selamat pagi ibu…..bagaimana kabar hari ini?”, terdengar sapaan di telepon yang lumayan menyenangkan untuk memulai pekerjaan hari ini kata saya dalam hati. Kami bercakap-cakap sebentar. Baru saja telepon saya taruh kembali, “Kriinng..!! Kriiingg..!!”, saya angkat lagi telepon yang berdering. “Bagaimana sih bagian pengiriman…?? Masa kerjaan ringan begini saja tidak becus mengerjakannya !”, suara ketus pimpinan menutup telepon. Belum selesai saya menenteramkan hati karena terkejut dengan suara keras tadi, tiba-tiba si boss sudah muncul di ruangan kami. Dengan suara keras dan wajah yang tegang memarahi siapa saja yang dia temui, termasuk saya yang berada di dekatnya.
Sepanjang hari keadaan ini terus menerus berlangsung. Mengomel dan marah-marah tanpa tahu apa penyebabnya. Saya menenangkan diri dengan berdoa dalam hati, semoga beliau cepat tenang kembali. Walaupun kita tidak terlibat kesalahan, tapi jika sepanjang hari mendengar omelan, tentulah semangat kerja menjadi terganggu. “Si boss kenapa yaa…kok marah-marah terus?”, tanya teman saya. “Banyak pesanan dari pelanggan kok malah jadi susah sih…”, kata teman saya yang lain merasa heran dengan sikapnya. “Sudahlah, kita tidak usah menduga-duga, lebih baik kita berdoa saja supaya beliau segera tenang dan tidak marah-marah lagi.”, jawab saya. “Enak sekali ya jadi boss, bisa marah sesuka hati ! ha..ha..”, kata teman saya mencoba melucu. Menjelang sore hari ketika saya bersiap-siap untuk pulang, atasan saya memanggil. “Maaf, tadi saya agak di luar kontrol, merasa kesal sepanjang hari…, kamu jadi ikutan terkena imbasnya.”, katanya dengan wajah tulus. “Tidak apa-apa pak, mungkin bapak terlalu letih sehingga tidak bisa menahan diri bapak.”, jawab saya, “Terimakasih atas pengertian kamu.”, jawabnya. Saya pun pamit mohon diri. Saya percaya Tuhan bekerja di dalam hatinya, sehingga dia tergerak untuk segera menyadari kesalahannya.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan bahwa kasih itu sabar, kasih itu murah hati. Untuk melakukan kesabaran memang bukanlah hal yang mudah, karena seringkali kita tidak bisa menahan diri mengalahkan suara hati kita. Apalagi jika kita merasa dalam posisi yang benar, kita tergoda untuk tidak bisa menerima kenyataan yang berbeda, kita menjadi kesal, hilang kesabaran, dan amarah keluar kepada banyak orang. Tuhan mengajarkan agar kita untuk bersabar, karena itu akan mendatangkan kebaikan. Kita perlu belajar untuk sabar. Belajar untuk sabar berarti belajar untuk mengasihi orang lain tanpa syarat, belajar untuk menerima kekurangan orang lain, belajar untuk memaafkan orang lain bila mereka bertindak tidak sesuai harapan kita, belajar untuk menerima kenyataan pada saat yang kita inginkan tidak dapat kita peroleh. Kesabaran akan membawa sukacita bagi orang lain, dan juga bagi kita sendiri. Marilah kita melatih kesabaran meminta Tuhan memberikan kita kesanggupan untuk mengendalikan diri kita dan belajar untuk bersabar setiap hari.
Be patient and be glad !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahbat anda dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.