Sunday, July 12, 2009

Hari Esok

Amsal 16 : 9 “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”





“Kamu lagi ngapaian, kok serius amat sih?”, tanya saya kepada seorang teman. “Oh..., saya lagi mengisi formulir transfer bank, mau bayar premi asuransi anakku...”, katanya sambil asyik menulis. “Asuransi pendidikan ya?”, tanya saya lagi. “Iya, sudah empat tahun polis ini berjalan. Sekarang umur anakku sudah 8 tahun. Nanti kalau dia masuk SMP, jaminannya akan keluar. Begitu juga kalau nanti dia masuk SMA serta mau lanjut ke perguruan tinggi”, katanya menjelaskan jenis jaminan yang dia miliki. “Wah bagus sekali proteksinya ! Paling tidak untuk biaya pendidikan sudah amanlah.”, kata saya menimpali dengan penuh semangat. “Ya, begitulah.., hitung-hitung menabung dari sekarang, biar tidak susah nantinya”, teman saya melanjutkan dengan mata berbinar-binar membayangkan masa depan yang cerah bagi anak lelaki satu-satunya.

Suatu hari dari ujung telepon terdengar suara seorang bapak yang disertai isak tangis. “ Ibu, keluarga kami mengalami musibah!”, terdengar suaranya bergetar. Mendengar kata musibah dan tangisan seorang bapak, otak saya langsung membayangkan musibah yang mungkin mereka alami, lalu kira-kira apa yang bisa saya lakukan. Baru saja saya ingin bertanya tentang musibah apa yang menimpa mereka, saya mendengar bapak itu mengatakan dengan suara tangisan yang lebih keras lagi. “Anak kami meninggal!”, sambil menyebutkan nama anaknya. “ Hah…! Meninggal ?? Kenapa bisa meninggal, kapan meninggalnya ??”, pertanyaan demi pertanyaan keluar begitu saja dari bibir saya. Sementara itu melintas di benak saya wajah seorang anak lelaki berusia 8 tahun dengan senyumnya yang khas, yang selalu memberi salam dengan ramahnya bila ia datang menjemput ibunya di tempat bekerja. Pada saat yang bersamaan terbayang juga wajah ibunya yang beberapa waktu lalu membayar premi asuransi dengan setia, untuk pendidikan anaknya tersebut. Tanpa dapat dibendung air mata mengalir di pipi saya, ketika samar-samar saya mendengar bapak itu mengatakan, “Anak kami meninggal karena tenggelam, dia tercebur di kolam renang di rumah temannya...” Ketika saya mengunjungi keluarga yang berduka ini, saya melihat ketabahan hati seorang ibu yang berserah. Dalam pelukan saya, teman ini berkata sambil menahan tangis, “Kata pastor, Tuhan menginginkan dia kembali...., dia akan menjadi malaikat kecil di surga...”

Ayat renungan kita pagi ini mengingatkan bahwa manusia hanya bisa memikir-mikirkan jalannya, namun Tuhan yang menentukan. Sebagai manusia kita boleh merencanakan semua yang baik-baik menurut pemikiran kita, bahkan jauh ke depan. Namun kadang banyak hal terjadi di luar rencana kita dan sering tidak dapat kita pahami, karena keterbatasan kita sebagai manusia. Kita harus percaya Tuhan yang menciptakan kita, Ia tahu yang terbaik bagi kita, bagi keluarga dan anak-anak kita. Oleh sebab itu mari kita serahkan kepada Tuhan, bukan hanya segala rencana kita saja, tetapi juga seluruh hidup kita, agar selalu berada dibawah pengendalian-Nya yang penuh kasih itu.

Have a pleasant break !