Monday, July 06, 2009

Tantangan Bagi Umat Advent

Kebaktian Vesper pada hari Jumat 3 Juli 2009 terasa sedikit lengang. Sebagian anggota jemaat tengah mengikuti Kampore Pathfinder Uni Indonesia Kawasan Baruat yang diadakan di Wana Wisata Coban Rondo, Malang, Jawa Timur. Selebihnya ada juga anggota yang tengah berlibur. Kebaktian tetap berjalan tepat waktu pada pukul 19:30. Bapak Sulasta sebagai pembawa acara memulai acara dengan mengundang anggota yang hadir untuk menyanyikan lagu sion nomor 103, “Jalan Serta Yesus Slalu Sejahtera”. Setelah doa pembukaan yang dilayangkan oleh ibu Lies Purnama, kelompok UKSS Kemang Pratama 1, 3 dan Rawa Lumbu membawakan lagu pujian yang berjudul “Apakah Jangkarmu Akan Tahan”. Renungan Vesper dibawakan oleh William Banu. Dalam membawakan renungan, William menggunakan tiga bahasa. Bahasa Inggris, Indonesia dan tentunya bahasa Tagalog yang merupakan bahasa asalnya. Memang William berasal dari Filipina dan sekarang bergereja di Jemaat Kemang Pratama. Dengan bahasa campuran antara Inggris dan Indonesia, saudara William membawakan renugan yang sangat baik.

William membuka renungannya dengan mengingatkan posisi umat Advent di dunia ini. Dengan populasi dunia yang mencapai 6 milyar orang, anggota Advent yang ada 17 juta, dan hanya 15 ribu orang saja yang melayani sebagai pendeta. Dengan perbandingan rasio tersebut, apa yang harus kita lakukan? Bila kita mempelajari Firman Tuhan, maka Tuhan menghendaki kita melakukan segala perintahNya (Mat 7:21 dan Pengkotbah 12:13). PerintahNya ada pada Sepuluh Hukum. Empat Hukum yang mengatur hubungan kita dengan Tuhan dan Enam Hukum yang mengatur hubungan kita dengan sesama manusia. Kesemuanya ini adalah satu kesatuan, dan tidak bisa terpisahkan. Namun, banyak orang tidak mau menuruti semua hukum tersebut. Ada beberapa hukum tersebut yang mulai dilupakan. Hukum yang paling sering diabaikan adalah hukum ke-3 dan ke-4. “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan“ dan “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”.

Seringkali perkataan “Oh my God!” (“Ya, Tuhan!”) atau kata-kata sejenis digunakan tidak pada tempatnya. Hanya karena melihat sesuatu yang bagus, maka seringkali orang berkata: “O my God, it’s beautiful !” atau “Ya, Tuhan. Indah sekali !”. Padahal kata-kata ini seharusnya hanya diucapkan untuk memuji Tuhan. Banyak orang juga menganggap semua hari dapat menjadi hari sabat. Sehingga mereka mencampur adukan antara hari-hari biasa dengan hari yang diasingkan oleh Tuhan. Yakobus 2:10 mengatakan ”Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya”. Jadi Sepuluh Hukum itu adalah satu kesatuan. Bilamana satu saja tidak dituruti, maka sembilan yang tersisa tidak berarti apa-apa lagi. Namun, banyak juga orang yang berkata, bahwa tidak mungkin menuruti seluruh hukum itu karena itu akan menjadi sangat berat. Banyak yang berpendapat bahwa penurutan kepada seluruh hukum akan menjadi problem buat mereka. Mereka yang menganggap berat, hanya berfokus pada problem dan bukan solusi. Kalau mereka berfokus pada solusi, maka akan didapati bahwa penurutan terhadap hukum itu tidaklah seberat apa yang mereka bayangkan.

Inilah yang harus kita beritakan sebagai seorang kristen, seorang murid Yesus, dan pengikut Dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dengan berfokus pada solusi dan penurutan, kita akan mampu untuk menuruti seluruh Hukum itu. Mengakhiri renungan malam ini, William mengutip 1 Yohanes 5 : 3-4 : "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." Kebaktian Vesper ini ditutup dengan menyanyikan lagu sion nomor 169, “Masyurkanlah Yesus”. Setelah doa tutup dilayangkan oleh saudara William Banu, jemaat berkumpul di halaman Gereja untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu "God Is So Good”. Setelah itu mengucapkan “Selamat sabat! Selamat sabat! Selamat sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.