Friday, July 10, 2009

Di Sumur Yakub

Pada kebaktian hari Rabu 8 Juli 2009, tepat jam 19:30 Sutikno mengundang jemaat untuk berdiri dan menyanyikan lagu pembukaan yang diambil dari Lagu Sion nomor 160, “Rahmat Bapa Bercahaya”. Setelah Friska Hutauruk melayangkan doa pembukaan, keluarga Willy Wuisan membawakan sebuah lagu pujian bagi Tuhan. Ibu Dahlia Hutauruk yang membawa renungan di kebaktian Rabu malam ini mengambil pembahasan dari buku Kerinduan Segala Zaman pasal 19 yang berjudul “Di Sumur Yakub”.

Pembahasan kali ini mengenai pertemuan Yesus dengan seorang wanita Samaria. Dalam masyarakat Yahudi, orang Samaria adalah kelompok rendah. Mereka dilarang berurusan sosial dengan orang Samaria. Terhadap orang Samaria, orang Yahudi tidak mau memberi ataupun menerima kebaikan. Itulah sebabnya, pada saat Yesus meminta minum kepada wanita Samaria itu, wanita itu heran. Tindakan Yesus ini telah merubuhkan tembok kebencian, dan dengan melakukan hal ini, Yesus mendapatkan kunci hati wanita Samaria itu. Dan ketika Yesus menawarkan air kehidupan, wanita Samaria itu akhirnya sadar, bahwa ia memang merindukan air hidup yang ditawarkan Yesus. Ia sadar, bahwa yang Yesus tawarkan, bukanlah air dari sumur Yakub itu. ”Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”, sambutnya. Dan saat wanita Samaria tersebut siap untuk menerima air kehidupan yang disediakan Yesus, maka ia harus mempunyai persiapan. Ia harus mengetahui penyembahan yang sebenarnya. Menyembah dalam Roh dan Kebenaran. ”sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Yohanes 3:3.

Saat wanita Samaria bertemu dengan Yesus, ia merasakan hal-hal ini :

1. Merasa terharu karena tidak ada pemimpin agama seperti Yesus

2. Merasa bahwa keperluan terbesar untuk memenuhi kehausan jiwanya tidak dapat dipenuhi oleh air dari sumur itu.

3. Yesus yang dapat membaca semua rahasia hidup, juga dapat menjadi seorang sahabat yang berbelas kasih serta mengasihi dia.

4. Yakin akan tabiat Yesus.

5. Mempunyai keyakinan akan seorang Messias yang dijanjikan.

6. Setelah tahu Yesus adalah Messias, timbul kepercayaan dalam hatinya.

7. Kerinduan untuk mengetahui nubuatan (Ulangan 18:15).

8. Air hidup memancar dalam hatinya.

9. Roh Tuhan bekerja dalam dirinya.

10. Sebagai sambutan, ia pergi untuk memberitahu apa yang dia lihat dan dengar dari Yesus.

Orang Samaria haus akan kebenaran Tuhan. Mereka mau mengundang Yesus untuk mengajar mereka tentang kebenaran. Mereka tidak meminta tanda-tanda untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Messias. Dan mereka percaya bahwa Yesus adalah Messias. Hal ini bertentangan dengan orang Yahudi yang memandang hina akan kesederhanaan Yesus. Mereka juga mengabaikan mukjizar-mukjizat yang dilakukan Yesus dan bahka mereka meminta tanda dari Yesus yang dapat membuktikan bahwa Yesus adalah Messias. Dalam hal ini, Yesus merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang kafir. Tidak ada hukuman mati bagi orang kafir yang masuk ke Bait Suci. Dengan simpatinya, Yesus telah menarik orang-orang kafir untuk datang kepadaNya. Dan selama dua hari pelayanananNya di Samaria, Yesus ingin melepaskan pengaruh kefanatikan dari orang Yahudi dari antara murid-muridNya. Undangan Injil tidak boleh hanya disampaikan hanya kepada beberapa orang pilihan saja. Pekabaran itu wajib disampaikan kepada semua orang. Dimana saja hati terbuka untuk menerima kebenaran, maka Kristus selalu bersedia untuk mengajar mereka. Juru Selamat tidak menunggu banyak orang berkumpul. Acapkali Ia memulai pengajaranNya dengan hanya beberapa orang, dan setelah itu orang akan berkumpul untuk mendengar, sehingga terjadilah kumpulan yang besar dalam mendengarkan Firman Tuhan.

Wanita Samaria itu menggambarkan pekerjaan iman yang praktis. Penerima itu harus menjadi pemberi. Seorang murid harus mempunyai murid. Rahmat Kristus dalam jiwa adalah bagaikan mata air di padang belantara yang meluap-luap untuk menyegarkan semua orang, serta menjadikan mereka yang sudah hampir binasa ingin minum air hidup itu. Sebelum jemaat membentuk kelompok doa, maka berapa orang memberikan kesaksian dan topik-topik doa yang akan dilayangkan. Kebaktian Permintaan Doa ini ditutup dengan menyanyikan lagu sion nomor 169, ”Masyurkanlah Yesus”, kemudian Ibu Dahlia Hutauruk melayangkan doa tutup. Tuhan memberkati kita semua.