Thursday, July 23, 2009

Baitesda Dan Sanhedrin

Kebaktian Rabu 22 Juli 2009 dimulai tepat pukul 19:30. Bapak Sontani Purnama yang memimpin acara kebaktian mengundang jemaat untuk berdiri untuk menyanyikan Lagu Sion nomor 218, “Jam Kita Tak Tau”. Doa buka dilayangkan oleh Stella Simanjuntak. Sebuah lagu istimewa dinyanyikan dengan merdu oleh keluarga Dharlen Simanjuntak. Renungan di kebaktian Rabu malam ini dibawakan oleh Bapak Joy Silaban, yang mengambil pembahasan dari buku “Kerinduan Segala Zaman” pasal 21 yang berjudul “Baitesda dan Sanhedrin”. Pasal 21 ini menjelaskan kitab Yohanes pasal 5, mengenai orang lumpuh yang disembuhkan oleh Yesus. orang lumpuh ini sudah menderita selama 38 tahun. Banyak orang yang merasa bahwa kelumpuhannya itu adalah akibat dari dosanya sendiri dan dianggap sebagai hukuman dari Tuhan. Itulah sebabnya, tidak ada seorangpun yang mau membantu dia untuk masuk ke kolam tersebut. Pada saat-saat tertentu kolam ini bergocak (beriak), dan menurut kepercayaan masyarakat umum saat itu, air beriak oleh karena suatu kekuatan gaib, dan siapa saja yang pertama-tama meloncat ke dalamnya selagi kolam itu beriak, ia akan disembuhkan dari penyakit apa saja yang dideritanya.

Yesus yang tergerak oleh belas kasih menghampiri orang lumpuh yang terabaikan dari perhatian masyarakat ini. Yesus berkata: "Bangunlah, angkatlah tilam-mu dan berjalanlah!". Iman orang lumpuh itu berpegang teguh kepada perkataan Yesus. Jika saja orang lumpuh itu berhenti sejenak untuk meragukan perkataan Yesus, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk sembuh. Tetapi ia percaya akan perkataan Kristus. Dalam perbuatannya ia menurut perintah Tuhan, dan ia pun menerima kekuatan. Beberapa orang Farisi yang melihat orang yang tadinya lumpuh dan sekarang mengangkat alas tidurnya mempersoalkan hal ini, karena hari itu adalah hari Sabat. Sesuai dengan aturan yang mereka pegang, pada hari Sabat tidak diperkenankan memikul sesuatu. Namun, orang yang telah disembuhkan itu tidak merasa bersalah karena dia mentaati perintah seseorang yang mempunyai kuasa dari Allah. Dan ketika ia tengah memberitahukan kepada orang lain tentang Yesus yang telah menyembuhkan dan menyuruhnya mengangkat alas tidurnya, maka orang Farisi justru membawa Yesus ke hadapan Sanhedrin. [Sanhedrin (bahasa Ibrani: סנהדרין; bahasa Yunani: συνέδριον,[1] synedrion) adalah dewan pilihan dari 23 hakim yang ditunjuk di setiap kota di Tanah Israel.[2] Sanhedrin Agung adalah pengadilan tertinggi Israel kuno, dengan jumlah anggota pilihan sebanyak 71 orang. Sumber : Wikipedia ]. Di hadapan Sanhedrin, Yesus didakwa telah melakukan pelanggaran hari Sabat. Jika saja bangsa Yahudi ini merdeka, maka tuduhan semacam itu akan menguatkan mereka untuk membunuh Yesus. Namun, oleh karena mereka masih di bawah kekuasaan Roma, maka maksud mereka terhalang.

Dalam pembicaraan dengan Sanhedrin, Yesus mengatakan bahwa orang Yahudi telah menolak Bapa karena telah menolak Yesus. Padahal, orang Yahudi telah lama menantikan kedatangan Mesias. Namun di mata mereka, Yesus tidak datang dengan penampilan yang mereka pikirkan. Yesus tidak datang sesuai dengan keinginan bangsa Yahudi, sehingga mereka menolak Dia, yang telah diutus oleh Allah. Pada masa kini, apakah kita yang adalah umat pilihan Allah, bisa berbuat sama seperti Sanhedrin dan kebanyakan orang Yahudi saat itu? Pada saat setan gagal mencobai Yesus sebanyak tiga kali, secara individu, setan merasa gagal. Namun, kemudian setan mulai menggunakan cara-cara liciknya. Ia menggunakan orang Yahudi untuk mencobai Yesus. Umat pilihan Allah itulah yang membunuh Yesus. Dan ini merupakan sebuah peringatan bagi kita. Kita harus berhati-hati, karena kita adalah umat pilihan Allah. Janganlah hal ini sampai terjadi pada diri kita saat ini. Di akhir renungan, Bapak Joy mengajak kita untuk menyadari bahwa Yesus sangat mengasihi kita. Ia rela mati untuk menggantikan kita. Sudah sepantasnya jika kita mengasihi Tuhan, dan setia sampai Yesus datang. Puji Tuhan untuk renungan yang baik! Sebelum jemaat membentuk kelompok doa dua atau tiga orang, beberapa orang telah memberikan kesaksian dan pokok-pokok doa yang akan dilayangkan. Setelah itu, masing-masing kelompok mendoakan satu per satu pokok doa yang telah disampaikan. Kebaktian Permintaan Doa ini ditutup dengan menyanyikan lagu ”Tambahkanlah Trang Lampumu”, kemudian bapak Joy Silaban melayangkan doa tutup di kebaktian ini. Jemaat pulang dengan penuh sukacita.