Thursday, July 09, 2009

Mimpikah Aku ?

Mazmur 116 : 12 ”Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikanNya kepadaku?”





Di kantor tempat saya bekerja ada seorang karyawan yang tugasnya mengantar jemput dokumen dari satu kantor ke kantor lainnya. Dia dikenal sebagai seorang yang rajin dan bersahaja. Suatu hari dia diminta untuk mengambil pasport di sebuah kantor kedutaan asing. Rupanya itu adalah pasport yang berisi visa atau ijin mengunjungi sebuah negara. Pada waktu melihat lembar-lembar pasport yang dia ambil, dia berkata kepada teman saya : ”Kapan ya bu aku bisa punya pasport yang ada capnya seperti punya bapak ini? Maksudmu apa? Ingin ke luar negeri juga ya? tanya teman saya. Dia tersenyum dengan malu-malu. ”Enggak bu..., bercanda saja kok. Mana aku mampu?”, katanya sambil tetap tersenyum, mungkin baru menyadari apa yang diucapkannya. ” Kamu berdoa saja, tidak ada yang mustahil..! Siapa tahu suatu hari ada rejeki nomplok, kamu juga bisa punya pasport yang ada visanya seperti itu kan?”, teman saya memberi semangat kepadanya. ”Iya juga ya bu..., amin, amin.”, jawabnya sambil tersenyum.

Kisah mengenai percakapan dengan karyawan pengantar dokumen tadi sampai ke pimpinan perusahaan, dan dia tidak pernah menyangka bahwa dalam satu kesempatan perusahaan mewujudkan impiannya. Ia dibuatkan pasport, bukan hanya itu, pasportnya pun berisi visa untuk mengunjungi sebuah negara yang indah. Perjalanan keluar negeri selama satu minggu pun terlaksana. Sekembalinya dari perjalanan, kepadanya ditanyakan apa yang dia rasakan. ” Waktu sampai di tempat itu, aku mencubit tanganku berkali-kali, memastikan bahwa aku tidak bermimpi! Tadinya aku hanya mengambil dan mengantar pasport orang-orang asing yang banyak cap-cap dari berbagai negara, sekarang aku juga punya pasport yang ada visanya dan pasportku sudah ada capnya pula!”, kata dia dengan polosnya. Lalu dia melanjutkan, ” Jujur, kupikir-pikir mimpikah aku? Terima kasih banget kepada perusahaan yang begitu baik kepadaku...”. Dia terdiam sejenak. ” Teruskan dong...!”, kata teman-temannya dengan antusias. ” Aku enggak tahu mau ngomong apa lagi, bagaimana ya membalas kebaikan ini. Aku bekerja di sini saja deh sampai pensiun !”, dia mengakhiri kata-katanya diikuti dengan tepuk tangan teman-temannya.

Ayat renungan pagi ini mengatakan dengan apa kita akan membalas kebaikan Tuhan. Apa yang dialami karyawan tadi adalah pengalaman yang semestinya bisa kita rasakan setiap hari dalam hidup ini sebagai anak-anak Tuhan, meskipun mungkin dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Pengalaman yang membuat kita tidak putus-putusnya bersyukur dan heran atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Bersyukur atas nafas hidup yang diberikanNya, kesehatan, keluarga serta sahabat yang membuat hari-hari yang kita jalani menjadi begitu berarti, bahkan kita juga boleh tetap bersyukur atas setiap masalah yang Ia ijinkan terjadi untuk menguatkan iman kita. Kita patut bersyukur atas hal-hal yang seharusnya tidak layak kita terima sebagai orang berdosa, namun Tuhan berikan kepada kita karena kasihNya yang begitu besar, dan wajarlah bila kita selalu bertanya ”Bagaimanakah akan kubalas segala kebaikanMu Tuhan?” .

Have a nice day !