Tuesday, January 03, 2012

KENDALIKAN AMARAHMU

Amsal 20:3, “Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi seorang bodoh membiarkan amarahnya meledak.”

Inilah tandanya saya sebagai manusia yang tidak sempurna. Suasana hati dapat berubah sewaktu-waktu. Suasana hati saya diliputi rasa senang dan damai ketika meninggalkan rumah, saya pun pamit kepada istri dan anak-anak dengan meninggalkan sekecup cium kasih sayang untuk mereka. Eh .. satu setengah jam baru saja berlalu dari rumah, kemarin hati saya merasa sangat sedih, ingin menangis rasanya bahkan timbul penyesalan yang sedalam-dalamnya atas semua hal yang telah terjadi dalam diri saya. Ingin saya memutar kembali peristiwa satu setengah tahun yang lalu itu dan tentu saya akan merubah scenario terjadinya peristiwa tersebut agar menyenangkan.

Pagi setibanya di kantor, saya mengambil beberapa cuplikan photo atas pembangunan sebuah pabrik di perusahaan tempat saya bekerja untuk saya laporkan perkembangan pekerjaan atas proyek tersebut kepada atasan saya di Negara lain. Kini, tiba saatnya saya harus mengunduh photo tersebut dari telepon genggam saya. Tersentak hati saya dan rasa sedih melanda diriku ketika saya hendak mengunduh photo itu ternyata terlihat oleh saya photo penamatan putri tertua kami dari tingkat Sekolah Dasar. Saya terus dan terus memperhatikan photo-photo itu, air mata hampir tak terbendung, namun malu menangis di kantor kalau ada orang lain tiba-tiba masuk ke ruangan saya. Peristiwa itu mengingatkan saya atas kejadian tidak enak pada saat amarah saya memuncak kepada putri tertua kami, sehingga saya tidak mau menerima sekuntum bunga yang ia berikan sebagai ucapan terimakasihnya kepadaku dan istri, sementara saat itu istri saya pun tidak dapat menghadiri acara penamatannya.

Teringat dengan jelas olehku, ia menangis sedih ketika saya tidak mau menerima kembang itu dari tangannya bahkan tidak satu pun photo kenangan putri kami bersama saya yang diabadikan saat itu, hanya karena saya merasa kecewa dan marah kepadanya. “Papa minta maaf kepadamu … oh anakku, andaikan waktu bisa diputar kembali, aku ingin menerima kembang yang engkau berikan sebagai ungkapan terima kasihmu bahkan mengabadikan photo kenangan bersamamu”, ucapku dalam hati sambil air mata berlinang sesaat. Semakin saya melihat-lihat photo-photo penamatannya yang lain, semakin hati saya terasa sedih dan terluka atas keputusan yang telah saya ambil saat itu. Waktu seperti sungai, kita tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan akan pernah kembali. Mari kita buat hidup kita lebih berarti bagi istri maupun suami, bagi anak-anak, bagi orang tua kita bahkan bagi siapa saja yang berinteraksi dengan kita. Pastikan kita tidak perlu untuk meminta maaf atas semua hal yang telah kita lakukan karna waktu akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali. Tuhan kiranya menolong Kita. Amin

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: