2 Timotius 1:12, “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga hari Tuhan.”
“Kita bawa mobil aja deh ntar biar parkir nginap aja. Paling biaya parkir nginapnya nggak seberapa mahal kalau dibanding kita naik taksi pergi dan pulang, belum lagi ntar repot bawa barang, kemungkinan hujan lagi. Kalo bawa mobil kita gak repot, apalagi kita kembalinya udah malam sampe Jakarta nanti” ajakku kepada istri. Pagi itu kami telah bangun pukul tiga pagi dini hari setelah pukul sepuluh malam beranjak ke tempat tidur. Segera saya dan istri bersiap-siap membersihkan diri dan berdandan karena kami harus segera berangkat menuju ke bandar udara untuk mengadakan perjalanan ke luar kota dalam rangka tugas kantor.
“Mami ikut aja deh nemenin aku tugas ke luar kota, sekalian kita ziarah”, ajakku kepada istri lewat telepon pada siang hari ketika saya ditugaskan oleh pimpinan untuk perjalanan dinas. Berketepatan perjalanan dinas itu ke daerah asal di mana saya dilahirkan dan dibesarkan hingga memasuki pendidikan di tingkat menengah atas pada waktu itu. Itu sebabnya istri saya bepergian bersama saya. Pukul empat pagi hari saya dan istri pun memasuki mobil dan bergerak maju menuju ke bandara. Tak lupa sang ayah mertua yang penuh perhatian dan baik hati itu pun melepas kepergian kami dari pintu gerbang rumah. Suasana jalanan tidak terlalu ramai karena masih tergolong subuh. Saya pun memacu kendaraan yang kami gunakan dengan kecepatan yang relatif cepat diatas 100 kilometer per jam.
Saya mengalihkan perhatian ke sebelah kiri di mana istri saya duduk. Terlihat dengan jelas istri saya asyik mengutak-atik telepon genggamnya tanpa merasa takut dengan kecepatan kendaraan yang demikian cepatnya melaju melewati kendaraan lainnya. Ia dengan tenang tak menghiraukan suasana jalanan apakah cukup aman bagi kami berkendara dalam kecepatan tinggi seperti itu. Alasannya tidak lain karna istri saya telah mengetahui dengan pasti bagaimana saya mengemudikan kendaraan sehingga baginya terasa nyaman-nyaman saja. Kami telah hidup bersama selama puluhan tahun, hal itu membuatnya cukup mengenal karakter saya dalam hal mengemudi, tak perlu ada keraguan baginya dalam hal itu. Saudaraku, tak akan ada keraguan sedikitpun bagi saudara dan saya di dalam menjalani kehidupan kita setiap hari, jikalau kita mengenal kepada siapa kita menaruh percaya dan berharap yakni Allah yang menciptakan, menebus, memeliharakan dan memberkati kita dalam seluruh rangkaian hidup kita. Ia tetap setia pada janji-Nya akan memberikan perlindungan bagi setiap orang yang menyerahkan diri hanya kepada-Nya gantinya bergantung kepada orang lain maupun diri sendiri. Kenallah kepada siapa engkau percaya dan menaruh harap serta buanglah segala kekhawatiran dalam hidupmu seperti ayat roti pagi hari ini menyatakan bahwa Allah berkuasa memeliharakan apa yang dipercayakan-Nya hingga hari Tuhan kelak. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: