Mazmur 90:12, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
“Pak Tam, ayo temenin saya?” ajak pimpinan saya beberapa minggu sebelum bulan Desember berlalu. “Ayo ke mana Pak?” tanyaku menegaskan. “Ayo temenin saya ke Bank Indonesia, saya dapat undangan untuk menghadap BI, nanti saya ditanya berbagai hal takut saya gak tau mau jawab apa, biar Pak Tam bantu saya”, ujar sang atasan saya yang usianya Sembilan tahun lebih tua dari saya. Kami pun segera beranjak dari kantor dan meluncur ke lokasi Bank Indonesia yang letaknya tidak berjauhan dari lokasi di mana kantor kami berada, persisnya tegak lurus dari barat ke timur.
Saya melihat ada penampilan yang aneh dari bos saya ini. Sepanjang perjalanan, kami terlibat dalam berbagai pembicaraan hingga menyinggung masalah penyakit yang ada dalam tubuhnya. Beberapa hari sebelumnya beliau tidak muncul di kantor seperti biasanya, dan ternyata baru saja kembali dari Singapura untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. “Perutku kok semakin lama semakin membesar ya?” ungkapnya sambil menaruh rasa curiga. “Bapak udah periksa kan ya?” tanyaku menjawab pernyataannya. “Oh, sudah tapi kata dokter itu hanya sejenis masuk angin, makanya diberikan obat seperlunya”, lanjutnya menceritakan pengalaman pemeriksaan kesehatan.
Waktu berlalu dengan cepat. Esok harinya beliau masih datang ke kantor dan beraktifitas seperti biasanya. Namun keesokan harinya, kami mendapat berita beliau dirawat di RS Dharmais karena mengidap penyakit kanker yang serius. Saya pun menyempatkan diri untuk menjenguknya, berusaha memberikan kekuatan kepadanya bahkan mendoakan beliau atas permintaannya. Ajal kita tak satu pun kita manusia mengetahuinya, kapan hidup kita akan berakhir. Satu hari setelah saya berdoa untuknya, saya harus berada di rumah sakit yang sama untuk menyaksikan sang pimpinan yang rendah hati, pimpinan yang baik budi ini telah terbujur kaku tanpa nafas di tubuhnya. Ayat pagi ini menghimbau kita untuk menghitung hari-hari hidup kita, tentukan kualitas hidup seperti apa kelak yang hendak kita wariskan di dunia ini bagi semua orang yang mengenal kita, akankah Kristus yang dipermuliakan oleh banyak orang melalui seluruh perilaku hidup kita, ketika ajal kita tiba dan terbujur kaku tanpa nafas? Sudahkah kita memastikan tubuh kita akan dibangkitkan kelak pada kedatangan Yesus kedua kali nanti? Tentukan kualitas hidupmu. Amin.
MAri Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: