Thursday, January 26, 2012

Palu Penghancur Kaca Tapi Pembentuk Baja


Yakobus 1:12, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

“Palu menghancurkan kaca, tapi palu membentuk baja”, demikian pepatah kuno dari Rusia menyebutkan. Apa makna dari pepatah kuno Rusia ini? Jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu masalah menghantam kita, maka dengan mudah kita putus asa, frustrasi, kecewa, marah dan remuk redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

“Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja!” Mental baja adalah mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur ketika masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya. Mengapa demikian? Sebab orang yang bermental baja selalu menganggap bahwa masalah adalah sebuah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah terlebih dahulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mental baja selalu menyadari itu adalah baik bagi dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yang keliru. Jika kita adalah “baja”, kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita gantinya kita melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita, jika kita adalah “kaca”. Pemikiran ini yang menguatkan hati saya pagi ini ketika kemarin pagi istri saya tiba-tiba berkata, “Oh .. ya Ma, aku terima bbm katanya abang memutuskan keluar dari perusahaan tempat ia kerja karena diminta harus masuk pada hari Sabtu.” Sesungguhnya, hati saya merasa sedih, mengapa masalah ini muncul dan muncul kembali, sementara abang kami baru beberapa bulan yang lalu pindah kerja .. eeh .. sekarang sudah harus menganggur lagi untuk sementara waktu mencari pekerjaan. Saya teringat kepada cerita dan pengalaman Ayub. Namun karena Ayub memiliki mental “baja”, ia mengalami sebuah proses pematangan jiwa dan imannya dengan sempurna hingga akhirnya ia pun menikmati apa yang disebut dengan “happy ending”. Allah menolong kita hari ini untuk selalu bermental “baja”, sebab besar upah yang disediakan Khalik kita kelak. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: