Sebagaimana telah saya tuangkan pada cerita sebelumnya, Allah sungguh mengasihi kami sekeluarga, dalam keraguan akan kesanggupan kami untuk menanggung biaya yang harus dipikul, Ia memberikan jalan keluar bagi keraguan kami. Kini, saya bersama istri dan anak pun telah menginjakkan kaki di tanah kelahiran saya dan istri. Seperti pepatah mengatakan, “Sekali mendayung dua atau tiga pulau terlampaui.” Selain kehadiran kami untuk menghadiri pesta pernikahan keponakan, kami pun memanfaatkan waktu liburan yang ada untuk mengunjungi makam orang tua kami alias berziarah.
Kedua orang tua saya dimakamkan di kota di mana saya dilahirkan dan dibesarkan, sementara ayah dan ibu mertua saya dimakamkan di kota yang berbeda dan jarak relatif lebih jauh. Waktu liburan yang hanya tersedia lima hari, kami pun gunakan semaksimum mungkin. Hari demi hari telah kami jadwalkan, mulai dari menghadiri pesta hingga berziarah ke makam orang tua. Kami pun tiba di daerah wisata rohani sekaligus tempat di mana mertua saya dimakamkan. Indahnya suasana perjalanan dan pemandangan yang kami lewati sepanjang perjalanan, menambah semarak perjalanan kami. Kini kami tiba di taman Wisata Iman yang berada di daerah perbukitan sehingga kita dapat memandang dengan jelas kota-kota yang terletak di sekitarnya sejauh mata kita memandang. Udara yang dingin di daerah pegunungan menambah nyamannya suasana hati sambil berwisata. Digambarkan dalam bentuk bangunan dan tulisan tentang perjalanan umat-umat Tuhan zaman dahulu kala hingga tiba di satu bukit dengan tiga salib yang berdiri tegak menggambarkan penyaliban Yesus sebagai korban tanpa cacat didampingi kedua orang penjahat yang pantas menerima hukuman.
Di tempat ini pula kami bertemu dengan keluarga istri saya yang bermukim di sana, sekaligus meminta kunci makam keluarga setelah bersilaturahmi beberapa saat lamanya. “Iiihhh … ngeri amat sih!” teriak anak kami yang bungsu dibarengi rasa takut karena melihat peti-peti mayat yang masih baru bahkan kurang dari tujuh tahun lamanya terlihat tidak membusuk bahkan tidak tercium bau yang tak sedap. Kami bersyukur kepada Tuhan karena Dia memberikan kami kesempatan untuk melihat akan keajaiban ciptaan Tuhan sambil berziarah ke makam orang tua. Saya pun menyempatkan diri menjelaskan kepada anak kami sejarah perjalanan kakek dan nenek mereka serta alasan mengapa harus dimakamkan ditempat itu, namun kelak ketika Yesus datang kedua kali, mereka akan dibangkitkan, harapan dan doa kita semoga kita akan tinggal bersama Yesus sang Juruselamat di surga yang Tuhan telah sediakan. Marilah kita memusatkan perhatian untuk rumah terindah di sorga, rumah perhentian umat-umat tebusan. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: