Wednesday, January 25, 2012

Ketemuan Yuk

Amsal 22:1, “Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada emas dan perak.”



“Lagi sibuk? Kapan ketemuan kalau lagi ngantor di TB Simatupang”, pesan ini saya terima dari mantan atasan saya melalui sms tepat pada pukul 8.43 di malam hari. “Hello Pak, saya atur waktu minggu ini. I will let you know Pak”, jawab saya melalui fasilitas pesan singkat yang sama. Beliau adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan industri manufaktur di Jakarta ini. Saya menjadi tim beliau untuk masa kerja selama hampir tiga tahun lamanya. Hubungan kami sangat baik selama bekerja, memiliki beberapa persamaan dalam sifat dan cara kerja, sehingga tidak ada kesulitan bagi saya untuk mengetahui selera yang ia inginkan, bahkan demikian dekatnya hubungan saya dengan beliau, sehingga terasa seperti sahabat, saling berbagai cerita baik pekerjaan maupun mengenai pribadi dan rumah tangga di antara kami berdua.


Tujuh bulan lamanya saya telah melanjutkan berkarir di tempat yang lain, namun komunikasi kami selalu terjalin. Empat hari berselang, saya mengirimkan sms kepada beliau, “Pak, saya rencana jam 2 mampir ke kantor, apa bapak available? Delapan menit kemudian saya menerima jawaban, “Saya ada meeting, jangan ke kantorlah, ketemu di luar aja jam 4 sore atau jam 5 sore sambil nyantai.” Sore itu pun saya bertemu dengan beliau sekitar jam empat lebih dua puluh menit di tempat yang telah kami sepakati. “Ngomong-ngomong, sampai jam berapa nih kita bisa ngobrol. Ini kan hari Jumat, saya tau kamu jam mahgrib sudah harus meninggalkan semua pembicaraan bisnis”, tanya sang mantan bos sesaat pertemuan kami mulai. Kami pun berbincang-bincang hingga pukul lima lebih tiga puluh menit di sore hari itu.


Perbincangan sore itu cukup berkesan buat saya. Beliau menceritakan panjang lebar tentang situasi perusahaan yang saya tinggalkan tujuh bulan yang lalu secara detail. Banyak pertanyaan yang saling dilontarkan dalam pembicaraan kami berdua. Satu hal yang saya garis bawahi bahwa beliau meminta pertolongan saya untuk tetap memberi motivasi dan bimbingan kepada mantan tim saya sebelumnya di perusahaan itu untuk dapat memberikan pelayanan seperti yang pernah saya lakukan kepada beliau. Juga beliau membuka kesempatan agar saya mau untuk kembali bergabung kelak dengan perusahaan, jikalau proyek yang saat ini tengah menunggu jawaban disetujui. Ayat renungan kita pagi ini menandaskan bahwa nama baik sangat perlu dijaga dan dipertahankan dalam hubungan dengan setiap orang, bahkan melebihi kekayaan besar. Seberapa pun kekayaan seseorang, itu semua dapat dinilai, namun nama baik tidak dapat dinilai dengan uang tetapi tidak pernah hilang dari perasaan. Hendaknya umat-umat Tuhan memiliki reputasi, nama baik yang tetap terpelihara dengan baik sehingga nama Yesus ditinggikan oleh banyak orang melalui kehidupan kita. Amin.


Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: