Hari telah cukup malam, telah lewat pukul Sembilan. Bulan dan bintang-bintang terlihat enggan untuk memantulkan sinarnya. Menatap ke langit, yang terlihat hanya awan gelap dan tebal. Langit tak kuasa menahan butiran-butiran air yang terkumpul di awan-awan, sehingga jatuh demikian derasnya dalam bentuk hujan yang membasahi bumi. Saya pun berlindung dari deraian hujan yang demikian derasnya di dalam mobil sambil mengemudikannya pulang menuju ke rumah.
Putaran demi putaran mobil pun bergerak maju dengan lancar, masih terlihat banyak kendaraan roda empat yang lalu lalang di jalanan pada malam itu. Hujan pun bertambah deras menumpahkan air ke bumi, wiper mobil pun saya nyalakan untuk mengimbangi derasnya aliran air yang turun ke atas kaca mobil agar tidak mengganggu perjalanan saya. Namun, di luar dugaan saya … tiba-tiba angin puting beliung pun datang. Terlihat jelas olehku, air hujan bagaikan diputar oleh kincir air, ibarat penari yang sedang bergoyang-goyang di atas panggung, ia pun menari-nari di udara, berputar sekencang-kencangnya. Tak satu pepohonan pun yang sanggup bertahan untuk tidak bergoyang akibat kekuatan tenaga angin puting beliung tersebut. Cuaca tiba-tiba berubah menjadi hitam pekat, bahkan wiper mobil saya pun tak sanggup menandingi kencangnya deburan air yang jatuh di atas kaca. Lebih mengkhawatirkan saya yakni jarak pandang saya ke mobil yang berada di depan saya untuk sejauh tiga meter saja pun sudah sulit terlihat dengan jelas. Hampir seluruh mobil yang bergerak di jalan raya menyalakan lampu “darurat” sambil berjalan dengan kecepatan 20-30 km/jam maksimum.
“Wow … demikian hebatnya dosa menutupi pandangan kita dari kasih Yesus”, pikirku dalam hati. Sama seperti gelapnya cuaca bahkan kabut yang meliputi menghalangi perjalanan saya malam itu, demikian jahatnya dosa dan kecenderungan kita untuk berbuat dosa yang berdiam dalam diri kita, menghalangi perjalanan dan pergerakan hidup rohani kita untuk bertumbuh setiap hari. Roh Kudus yang selalu memberikan tuntunan bagi kita pun sulit kita lihat dan kenali sehingga arah perjalanan yang kita tempuh tidak jarang berbalik arah dari arah jalan yang seharusnya kita lalui oleh bimbingan Roh-Nya. Kita memerlukan Alkitab sebagai bahan pedoman bagi perjalanan hidup kita, bagaikan “wiper” yang berfungsi untuk memberikan penerangan dalam perjalanan kita. Dalam doa yang berserah dan dengan menggunakan Alkitab sebagai “wiper” dan “kompas”, maka kita akan sanggup melewati setiap jenis perjalanan dan tiba di terminal tujuan rohani kita yakni “kerajaan surga” dengan selamat dan bersukacita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: