Friday, December 18, 2009

Hanya Menyebut Nama Tuhan


Mazmur 38 : 23 “Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!”








“Ayo cepat…! Kita turun lewat tangga darurat…!!”, terdengar suara dari beberapa bapak-bapak di kantor saya memberi petunjuk. Kami tergopoh-gopoh berusaha untuk berjalan ke arah yang ditunjuk di saat gempa bumi mengguncang kota Jakarta. Tiba-tiba lampu mati, semua menjadi gelap gulita! “Aduh, guncangannya keras sekali ya…!”, teriak seorang teman sambil berlari menuju ke arah tangga darurat untuk turun. Saya berada di lantai 26, lantai yang lumayan tinggi dan getarannya sangat terasa, membuat saya menjadi takut. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Sementara di sana-sini terdengar teriakan, “Tolooonggg.…!!”. Dan yang lain berteriak memanggil nama Tuhan. Semua bergerak dengan cepat. Ada yang karena panik menangis, membuat suasana semakin terasa mencekam ! “Ampuni dosaku ya Tuhan !!”, seru saya dalam hati sambil memperhatikan teman-teman yang panik. “Kamu mau tetap tinggal di sini ?”, tanya salah seorang teman saya. “Habis mau kemana lagi ? Kita kan harus melalui tangga darurat, padahal lampu mati. Pasti gelap sekali di sana ! Nanti kita malah celaka !”, kata saya memberi alasan. “Kamu benar juga ya…”, jawabnya setuju. “Ya sudah, kita berdoa dan berserah saja kepada Tuhan. Semoga gempa ini bisa segera berlalu. ”, kata saya lagi menenangkan diri sendiri dan juga sahabat saya.

Tidak ikut bersama rombongan yang menuruni tangga darurat membuat saya agak bingung. Saya hanya berdoa kepada Tuhan agar melindungi saya dan agar gempa ini bisa segera reda. “Ehhh…, lampunya sudah menyala ! Ayo kita segera turun! Siapa tahu nanti ada gempa susulan.”, ajak teman saya tadi. “Kamu benar juga. Sekarang kita bisa turun dengan tenang lewat tangga darurat. Kelihatannya sekarang kita tidak perlu berdesakan lagi.”, jawab saya agak sedikit lega. Menuruni anak tangga darurat yang demikian banyak bukanlah hal yang mudah. Kami merasa letih sekali. Rasa cemas masih menghantui pikiran. Tetapi paling tidak, saya tidak sendiri melakukan semua ini. “Bagaimana kalau kita berdoa untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas keselamatan yang diberikan pada kita!”, ajak saya kepada teman kantor ini setibanya kami di lantai bawah. “Oh tentu saja ! Aku setuju sekali dengan anjuranmu…!”, jawabnya dengan perasaan lega. Akhirnya kami berdoa masing-masing, mengucap syukur dan terima kasih atas keselamatan yang sudah Tuhan berikan.

Pagi ini kita dikuatkan dengan ayat renungan yang menyebutkan Tuhan adalah keselamatan kita. Kepada-Nya kita patut berseru untuk meminta pertolongan. Kita memiliki rasa takut, karena kita menyadari keterbatasan diri kita. Kita menjadi khawatir akan satu peristiwa yang kita hadapi, karena kita tidak sanggup mengendalikan peristiwa itu dan membayangkan akibat yang mengerikan yang dapat kita alami. Di saat demikian, pikiran kita dibawa untuk menyebut nama Tuhan. Mulut kita akan berseru meminta pertolongan dari Tuhan. Seruan kepada Tuhan, yang keluar dari hati yang tulus, adalah bentuk pengakuan kita bahwa Tuhan berkuasa atas segala sesuatu. Kita mengakui akan kelemahan kita dan memohon Tuhan untuk menolong. Tuhan akan mendengar seruan setiap orang yang memanggil nama-Nya. Ia akan datang untuk memberikan ketenangan dan penghiburan. Tuhan akan memberikan kita kekuatan untuk menghadapi semua ketakutan. Tuhan berkuasa atas alam semesta dan semua tunduk kepada-Nya. Di saat kita takut dan khawatir, mari kita berseru kepada Tuhan kita Yang Maha Kuasa.

Have a nice holiday !