Monday, December 21, 2009

Senantiasa Mengucap Syukur

Hari Jumat 18 Desember 2009, jemaat Kemang Pratama bersiap mengikuti acara kebaktian Vesper. Didahului dengan lagu buka dalam Lagu Sion No. 304 ”Marilah Bersukacita”, acara Vesper kali ini dipimpin oleh Bapak Munas Tambunan. Doa buka dilayangkan oleh Ibu Tina Wira. Sebelum mendengarkan Firman Tuhan, sebuah lagu spesial dibawakan oleh keluarga Munas Tambunan dengan judul “Dengar Malaikat Nyanyi”. Lagu dinyanyikan dengan paduan suara merdu antara Bapak Munas, Ibu Ully dan Fidella Tambunan. Pendeta R.Y. Hutauruk membawakan renungan yang berjudul “Senantiasa Mengucap Syukur”.

“Orang yang bersungut-sungut akan selalu mencari hal-hal untuk disunguti. Jika kita tidak mengucap syukur, maka persungutan itu otomatis akan datang ke dalam kehidupan kita.”, kata Pendeta Hutauruk mengawali renungan malam ini. “Di dalam Alkitab kita dapat melihat cerita bangsa Israel yang menempuh perjalanan ke Kanaan selama 40 tahun. Sepanjang perjalanan, mereka banyak yang bersungut-sungut. Saat bangsa Israel diberi roti manna oleh Allah, jenis makanan dari surga, mereka tetap bersungut-sungut. Mereka tidak puas atas pemberian roti manna tersebut. Gantinya mengucap syukur kepada Tuhan, mereka terus bersungut-sungut dalam kehidupan mereka.”, ujar Pendeta Hutauruk menggambarkan keadaan bangsa Israel saat itu. “Ada beberapa karakteristik dari persungutan. Diantaranya adalah kurang merasa bersyukur. Dalam hal ini, seseorang tidak pernah mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan segala sesuatu kepada kita. Contohnya, Tuhan sudah memberikan nafas kehidupan yang gratis yang tidak perlu dibayar, apakah kita sebagai umat manusia ada mengucapkan syukur atas itu semua? “ Yang kedua adalah masalah dalam cara pandang. Persungutan timbul karena ada cara pandang yang berbeda.”, lanjut Pendeta Hutauruk.

“Karakteristik yang ketiga, persungutan itu dapat menular. Janganlah kita membawa persungutan kita kepada orang lain. Kita harus waspada terhadap persungutan. Orang yang bersungut-sungut telah gagal dalam ujian. Orang yang bersungut-sungut juga tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang mereka terima. Dosa bangsa Israel saat itu adalah ketamakan dan persungutan.”, jelas Pendeta Hutauruk lagi. ”Mengapa kita susah mengucapkan kata amin? Padahal kata ’amin’ itu merupakan bagian dari kita untuk mengucapkan syukur. Hendaklah kita selalu senantiasa mengucap syukur dan waspadalah terhadap persungutan. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”, ajak Pendeta Hutauruk mengakhiri renungan malam Sabat ini, seraya mengutip ayat dalam kitab Filipi 4 : 6. Lagu Sion no.34 ”Ku Puji Tuhan yang Jadikan ” dinyanyikan bersama sebagai lagu penutup. Pendeta Hutauruk melayangkan doa tutup kebaktian. Setelah itu semua membuat lingkaran di dalam gereja dan mengucap ”Selamat Sabat ! Tuhan memberkati !”.