Hari Sabat 26 Desember 2009, suasana sukacita begitu terasa di gereja Kemang Pratama. Para ibu-ibu baru saja memperoleh penghargaan di hari Sabat ini untuk peran mereka di dalam keluarga dalam peringatan Hari Ibu. Jemaat tengah memasuki jam kebaktian khotbah. Ibu Yunita Wuisan membawakan cerita untuk anak. Cerita ini mengisahkan tentang seorang ibu yang punya empat orang anak dan suaminya sudah meninggal ketika anak-anaknya masih kecil. Dia membesarkan anak-anaknya dengan bekerja keras. Anak-anaknya menghargai semua pengorbanan ibunya bagi mereka. Ketika mereka sudah besar mereka tidak melupakan kasih ibu mereka. Cerita ini diselingi juga dengan drama yang dibawakan oleh ibu-ibu. Di akhir cerita Ibu Yunita menasehati anak-anak untuk selalu menghargai dan hormat kepada ibu masing-masing.
Sebuah lagu istimewa dibawakan oleh keluarga David Tampubolon berjudul "Ajaiblah Yesus Juruselamatku". Army mengiringi dengan biola dan Rerin meniup saxophone. Sementara Junior memainkan not-not yang indah di atas tuts piano. Bapak David menyanyikan dengan merdu lagu ini. Jemaat bersiap mendengarkan khotbah berjudul “Menghormati Orang Tua Adalah Kewajiban”, yang dibawakan oleh Bapak Willy Wuisan. "Indonesia merayakan hari Ibu tepat pada tanggal 22 Desember. Di setiap daerah di Indonesia merayakan peristiwa ini sebagai bentuk penghargaan kepada sosok seorang ibu.", ucap Bapak Willy di awal khotbahnya. "Banyak kejahatan orang-orang saat ini. Pendidikan dalam rumah tangga punya pengaruh yang besar pada mereka semua. Orang tua, termasuk ibu-ibu, memegang peran penting dalam melaksanakan pendidikan di rumah tangga.”, lanjut Bapak Willy tentang peran seorang ibu bagi anak-anak. “Seorang ibu selalu mengasihi anaknya dan melindungi mereka. Kita perhatikan di layar tentang seekor anak monyet. Sang induk berusaha melindungi anaknya dari bahaya. Bahkan ketika ada anjing yang berusaha menggigit anaknya, induknya langsung berusaha mengusir anjing itu. Induk ini mengasihi anaknya. Terlebih kasih seorang ibu kepada anaknya.”, kata Bapak Willy memberikan ilustrasi.
Lebih lanjut Bapak Willy menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi di Vietnam dimana seorang ibu berusaha melindungi anak-anaknya dari bahaya peperangan empat puluh tahun lalu, dengan cara menyeberangi sebuah sungai yang deras. “Kasih sayang seorang ibu menjadi makanan bagi otak seorang anak. Baik pada saat anak itu tumbuh di kandungan, terlebih saat bertumbuh sejak bayi hingga dewasa. Banyak orang sukses karena mendapat kasih sayang seorang ibu.”, jelas Bapak Willy. “Seorang ibu tahu apa kebutuhan anaknya. Saat Jesica masih kecil, ia mengucapkan kata-kata yang saya tidak mengerti dan dia terus menangis. Tetapi ibu Yunita bisa mengerti apa yang Jesica maksud dan memberikan apa yang dia minta.”, kata Bapak Willy. “Yang ketiga, seorang ibu rela berkorban untuk anaknya. Seorang ibu juga suka mengalah, termasuk rela menahan lapar, agar anaknya bisa makan dengan puas. Kita patut menghormati ibu kita, karena itu adalah kewajiban kita. Kita akan mendapat berkat kebahagiaan dan umur panjang.”, jelas Bapak Willy tentang janji dalam ayat inti Efesus 6:1-3, sekaligus menyimpulkan khotbah Sabat ini