Wednesday, December 16, 2009

Hari Sabat Istimewa Untuk Anak-anak

Hari Sabat 12 Desember 2009 adalah hari istimewa untuk anak-anak. Departemen Pelayanan Anak yang dipimpin Ibu Yunita Wuisan mengisi acara hari Sabat Anak. Rangkaian kebaktian sepanjang Sabat melibatkan semua anak-anak di jemaat Kemang Pratama. Menjelang pukul 08:30, Sari Silalahi dan Friska Hutauruk memimpin semua yang hadir untuk menyanyikan lagu-lagu yang diambil dari “Lagu Gembira”, sebuah buku nyanyian untuk anak-anak. Beberapa lagu dinyanyikan dengan penuh semangat. Jam kebaktian Sekolah Sabat dimulai. Daniel Simanjuntak dan Yoan Hutauruk menjadi pemimpin acara. “Satu kali ada seorang pemain sirkus dari Perancis yang akan menyeberangi sebuah tali di atas air terjun Niagara. Banyak orang menonton, mengagumi dan memberi semangat kepada pemain sirkus ini. Tetapi ketika pemain sirkus ini mengundang salah seorang penonton untuk menemani dia meniti tali, tidak ada yang berani menyambut undangannya. Semua penonton hanya mengaguminya, tetapi ragu untuk bekerja sama dengannya. Sebagai pengikuti Kristus, kita jangan hanya memuji Dia, tetapi harus mau untuk bekerja sama dan melayani Yesus.”, himbau Daniel di awal acara.

Jemaat menyanyikan lagu “Ini Rumah Allah” untuk mengawali kebaktian. Timotius Purnama membacakan ayat inti dan melayangkan doa buka. Yoan mengajak semua mengucapkan selamat Sabat satu dengan yang lain. Satu per satu jemaat saling bersalaman dengan mereka yang ada di samping atau duduk di depan dan di belakang-nya. “Anda semua pasti tahu sarung tangan. Sarung tangan memiliki banyak sekali kegunaan. Untuk memegang sesuatu yang panas, untuk bercocok tanam, mengangkat barang dan banyak lagi kegunaan lainnya. Tetapi bila sarung tangan ini dilepaskan dari tangan kita, maka tidak ada lagi kegunaannya. Sarung tangan hanya berguna saat dipakai oleh kita. Kita semua adalah sarung tangan bagi Allah. Bila kita tidak menyerahkan diri untuk digunakan oleh Allah, maka kita menjadi tidak berguna. Mari kita bekerja bagi Tuhan.”, ajak Yoan kepada semua.

Berita mision kali ini berupa dua buah kesaksian yang dikisahkan oleh Devi Prasetyo dan Stella Simanjuntak. “Sejak saya di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, orang tua saya menyekolahkan saya di Marsudirini, sebuah sekolah Katolik. Sekolah ini tidak libur di hari Sabat. Memasuki SMA, orang tua saya memutuskan untuk mengirim saya bersekolah di BPK Penabur, karena sekolah ini libur pada hari Sabat.”, kata Devy mengawali kesaksiannya. “Satu kali saya terpilih untuk mengikuti kegiatan di sekolah. Namun untuk itu, ada satu tes yang harus saya jalani di hari Sabat. Saya memilih untuk tidak mengikuti tes itu dan mundur dari kegiatan itu. Di lain waktu, saya terpilih menjadi pengurus OSIS, kembali lagi ada kegiatan yang harus diikuti di hari Sabat membuat saya kembali mundur. Terus terang saya kecewa karena sebetulnya saya suka dengan aktifitas di sekolah. Tapi saya percaya ini adalah pilihan yang benar. Ada beberapa tugas sekolah yang juga jatuh pada hari Sabat. Tetapi berkat pertolongan Tuhan saya selalu dapat menyelesaikan sebelum hari Sabat. Mohon doakan saya bersama seorang teman saya yang juga Advent di sekolah ini agar kami boleh tetap setia untuk memelihara hari Sabat.”, kata Devy di akhir kesaksiannya.

Stella ikut memberikan sebuah kesaksian pengalamannya.”Dari SD hingga SMP, saya dididik di sekolah Advent. Namun memasuki SMA, saya memasuki sekolah negeri. Di sekolah itu banyak kegiatan yang dilakukan di hari Sabat. Saya selalu menghindari kegiatan di hari Sabat. Banyak teman-teman yang menanyakan tentang hari Sabat dan saya jelaskan tentang kepercayaan saya. Akhirnya saya pindah ke SMA negeri yang lain.”, ujar Stella. “Di sekolah yang baru ini saya dipilih menjadi salah satu pengurus OSIS. Namun mereka melakukan kegiatan-kegiatan di hari Sabat. Walau pun saya suka dalam kegiatan siswa, tapi saya putuskan untuk mundur dari pengurus OSIS agar saya tetap mempertahankan kepercayaan saya. Kembali lagi banyak teman-teman yang akhirnya mengerti apa itu hari Sabat karena Stella memberikan penjelasan pada mereka. Mohon doakan saya agar terus setia kepada Tuhan dan mempertahankan hari Sabat.”, kata Lala, panggilan untuk Stella, di akhir kesaksiannya.

Menyambut kesaksian Devy dan Stella, Daniel juga bersaksi tentang pengalamannya saat ini bersekolah di SMA yang non-Advent. “Saya tetap memegang prinsip kebenaran Tuhan di mana saya berada, termasuk saat saya berada di sekolah non-Advent saat ini. Mari kita semua memegang teguh kepercayaan kita dimana pun kita berada.”, ajak Daniel pada semua. Sebuah lagu istimewa berjudul “Just A Closer Walk With Thee”, dinyanyikan dengan merdu oleh Sandy Silalahi. Syair-syair di lagu ini menjanjikan bahwa bila kita berjalan bersama Tuhan, maka beban kita akan menjadi ringan. Bapak Agustinus Silalahi mengiringi putrinya ini dengan permainan piano. Tiba saatnya jemaat mendengarkan dorongan Pelayanan Perorangan.