“Ayo…! Kamu lewat sebelah sana ! Aku lewat pintu yang sini saja. Tapi hati-hati loh! Nanti ada dosen yang melihat !” kata saya kepada teman-teman. Saya bersama beberapa orang teman pria dengan sengaja sedang melanggar peraturan asrama, yaitu pergi keluar di malam hari tanpa meminta ijin kepada kepala asrama. “Bagaimana menurut kalian ? Indah ya kota Kembang ini kalau dilihat di malam hari ?”, tanya saya ketika kami semua sudah berhasil tiba di kota. “Wah…, kelihatannya kita harus sering-sering melakukan hal seperti ini, mumpung kita masih muda…! Jadi kita bisa menikmati masa muda kita dengan bebas!”, kata seorang teman saya. “ Aku sih setuju saja dengan kalian, tetapi nanti ada resikonya loh kalau kita ketahuan…”, jawab teman saya yang masih ragu dengan tindakan kami ini. “Sudah, jangan takut ! Resikonya belakangan saja. Yang penting sekarang ini kita senang dulu.”,jawab teman saya yang lain dengan yakin. “Sudahlah, daripada kita berdebat lebih baik kita nikmati saja dulu saat ini.”, jawab saya mendamaikan perselisihan yang mulai terjadi . Malam itu udara sangat dingin, tetapi kami berjalan penuh semangat menikmati kebebasan.
“Teman-teman, kelihatannya kita sudah harus harus kembali ke asrama karena sudah sangat larut!”,kata teman saya yang khawatir tadi. “Kamu benar juga, tidak terasa sudah malam. Ayo kita kembali sekarang!”,ajak saya yang disetujui oleh semua. Karena sudah sangat malam, kami merasa pasti semua akan aman untuk bisa kembali ke dalam kamar. Sambil mengendap-endap perlahan, kami memasuki halaman kampus. Kami terkejut, karena berpapasan dengan penjaga malam asrama. “Malam-malam begini kalian baru kembali ? Pasti tidak ijin ya…! ”, katanya dengan wajah tidak ramah. “Oh…, enggak pak. Kita minta ijin kok, karena ada keperluan yang sangat penting!”,kata saya memberi alasan, sambil bergerak cepat meninggalkannya. Untung saja kami bisa masuk ke dalam kamar dengan cepat. Keesokan hari saya bangun pagi seperti biasa. “ Nama-nama di bawah ini harap segera menghadap ke kepala asrama!”, kata pengawas asrama memberi pengumuman dan membacakan nama-nama pagi itu. Seperti sudah kami duga, nama yang disebut itu adalah nama kami semua. “Sepandai-pandainya kalian melanggar peraturan, tetap akan ketahuan juga ! Sekarang kalian akan dihukum tidak boleh mengikuti pelajaran selama 1 minggu ! Kalian harus baca dan tanda tangani ini.”, ujar bapak kepala asrama dengan tegas kepada kami, sambil menyerahkan selembar surat. Kami semua menyesal. Kesenangan yang hanya sesaat kemarin malam tidak saja membuat kami ketinggalan pelajaran, tetapi kami juga menjadi malu karena dianggap siswa yang nakal. Dan yang pasti, kami mengecewakan hati orang tua kami saat itu.
Pagi hari ini ayat renungan kita mengatakan bahwa Musa memilih untuk hidup sengsara bersama umat Allah dari pada menikmati kesenangan dosa yang bersifat sementara. Di dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada banyak pilihan. Manusia cenderung memilih untuk hidup senang dari pada sengsara. Lebih baik memilih kenikmatan dari pada harus bersusah payah. Memilih untuk hidup senang adalah pilihan yang wajar. Hanya saja, kita terkadang lupa untuk mempertimbangkan apa konsekwensi dari pilihan kita. Kita terkadang lalai untuk menimbang apakah pilihan untuk senang itu berujung pada kesengsaraan, atau apakah kesusahan yang kita hadapi akan membawa kita pada kebahagiaan yang kekal. Kita perlu mengikat hubungan yang erat dengan Tuhan, agar jangan salah dalam memilih. Kita patut mempelajari kehendak Tuhan dalam Alkitab, agar jangan menyesali keputusan kita pada akhirnya. Kita patut menautkan iman kita kepada Tuhan, seperti Musa, agar kita memilih untuk bersama dengan Tuhan dari pada menikmati kesenangan sementara dosa yang berujung pada kesia-siaan.
May God help us every day to make the right choices !
Bagikan Roti Pagi ini kepada semua sahabat anda hari ini.