“Kriiingg…!! Kriiiinnggg…!”, suara telepon keras berdering di pagi hari. “Hallo ! Selamat pagi…!”, jawab saya ketika mengangkat telepon. “Bapak mau berbicara dengan siapa?’, tanya saya membuka pembicaraan. “Saya adalah pimpinan perusahaan tempat anda mengajukan lamaran pekerjaan lima tahun yang lalu. Mungkin ibu sudah lupa ya?’, jawabnya sambil bertanya. “Maaf pak, tentu saja saya mengenal suara bapak. Hanya saja karena sudah lama tidak berkomunikasi jadi suara bapak terdengar agak berbeda!”, jelas saya pada bapak di seberang telepon. “Tidak masalah. Saya hanya ingin memberitahu bahwa saat ini perusahaan membutuhkan anda untuk bekerja di tempat kami. Kalau anda setuju, anda bisa mulai bekerja tanggal 1 di bulan depan.”, suaranya terdengar sangat berwibawa. “Baik pak, terimakasih atas kesempatan yang diberikan! Saya harus berdiskusi dahulu dengan suami. Besok siang saya akan memberi jawaban kepada bapak.”, jawab saya apa adanya. “Oke, saya tunggu sampai besok ya!”, jawabnya dengan ramah. Terus terang saya sebetulnya ingin langsung menolak tawaran pekerjaan tadi, karena setahu saya gaji yang akan diberikan tidaklah seberapa dibanding dengan pekerjaan saya sekarang ini. Di malam hari saya berdoa agar Tuhan memberikan bimbingan yang terbaik. Saya tidak ingin membuat sakit hati pimpinan yang sudah menelepon tadi.
Keesokan harinya seperti biasa saya berangkat bekerja. Kali ini saya berangkat sedikit agak pagi, karena ada pertemuan penting yang harus saya ikuti. “Pertemuan kita kali ini juga akan membahas tentang pengurangan tenaga kerja ! Perusahaan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada nama-nama yang tersebut dalam lembar kerja berikut ini. Jika ada yang tidak jelas, bisa langsung menghubungi bagian Human Resource !”, demikian penjelasan dari pimpinan kepada kami semua yang ada dalam rapat. Mata saya terbelalak ketika melihat ada nama saya juga yang tercantum dalam daftar PHK tersebut ! “Wah pak, nama saya juga tercantum di sini ?’, tanya saya langsung kepada pimpinan. “Memang ini terasa menyakitkan, tetapi itulah keputusan management. Tetapi jangan khawatir ! Kalian akan mendapat pesangon yang cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku.”, jawab pimpinan berusaha menenangkan saya. Hati saya bergetar. Memang apa yang sudah menjadi keputusan perusahaan tentulah sudah dipikirkan dengan baik, tapi tidak untuk mereka yang terkena dampaknya. Saya langsung teringat telepon kemarin. Tuhan telah menyelamatkan saya dari kesulitan yang lebih besar ! Walau pun pendapatan yang saya akan terima tidak sebesar sekarang, paling tidak saya tetap mempunyai penghasilan. Saya tidak perlu mengalami pengangguran. Tuhan memang membuat segalanya menjadi baik pada waktunya.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Manusia memiliki angan-angan yang ingin dicapai. Segala perencanaan dibuat dan diupayakan agar dapat mewujudkan impiannya. Namun apa yang terjadi bisa melenceng dari yang kita rencanakan. Ada hal-hal yang terjadi di luar kendali kita. Tuhan menjanjikan bahwa untuk semuanya ada waktunya. Kegagalan hari ini, bukanlah kehancuran untuk selamanya. Kegagalan hari ini dapat menuntun kita untuk lebih sabar untuk meraih kesuksesan hari esok. Demikian juga apa yang kita peroleh hari ini boleh jadi adalah sesuatu yang telah kita impikan bertahun-tahun yang lalu. Tuhan memberikan tepat pada waktu-Nya, waktu yang Ia rasa terbaik untuk kita. Terkadang kita sukar untuk memahaminya saat ini. Namun kita akan dibuat mengerti di saat yang Tuhan rasa tepat bagi kita. Mari kita serahkan kepada Tuhan semua harapan dan impian kita.
God is good all the time !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda hari ini dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.