Sunday, December 20, 2009

Kasih Menutupi Pelanggaran


Amsal 10:12 “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.”






“Masuk semua ke dalam kelas !!”, teriak saya kepada semua murid-murid yang sejak pagi kelihatan tidak konsentrasi belajar. Mata mereka terlihat merah dan sayu, bahkan jalannya pun tidak lurus. “Apa yang telah terjadi dengan kalian? Kenapa hari ini kalian semua kelihatannya aneh? Apa kalian minum obat terlarang?”, tanya saya tegas. “Ti…ti..dak….pak ! Kami hanya kurang tidur dan mengantuk.”, jawab salah satu dari mereka dengan agak tersendat. “ Kalian jangan bohong ! Pasti ada hal yang tidak baik yang sudah kalian lakukan !”, kata saya mendesak mereka untuk mengaku. Tetapi tidak ada satu pun yang mau mengakui kesalahan mereka. Akhirnya saya panggil mereka satu persatu. “Benar pak, saya tidak berbuat apa-apa!”, sangkal salah seorang dari mereka. Berturut-turut murid yang lain saya tanyakan, tetapi tidak ada hasil sama sekali. “Baiklah, kalau kalian semua tidak ada yang mau mengaku maka saya akan memanggil orangtua kalian!”, kata saya dengan tegas. “Pak…! Saya minta maaf…”, tiba-tiba seorang anak datang kepada saya sambil menangis. Pengakuannya diikuti satu per satu oleh murid lainnya yang mengakui kesalahannya, yaitu meminum obat terlarang. Saya sangat marah pada mereka. Jelas sekali, setiap anak mendapatkan sangsi, bahkan ada yang akan dikeluarkan dari sekolah karena sudah cukup banyak pelanggarannya.

“Pak…, saya mohon agar bapak memaafkan saya. Jangan saya dikeluarkan pak dari sekolah ini !”, salah seorang datang di ruangan kepala sekolah. Kebetulan saya duduk di ruang sebelah dan dapat mengenali suara ini. Siswa saya ini sudah berulang kali melakukan pelanggaran dan perbuatan kali ini yang akan membuat dia harus dikeluarkan dari sekolah. Saya terdiam, sungguh saya sangat membenci perbuatan anak itu, tetapi saya mengasihinya. “Hasil rapat memutuskan bahwa kalian semua yang melanggar akan terkena hukuman. Sebagian dari kalian harus membersihkan halaman. Yang lain akan dihukum tidak bisa mengikuti pelajaran, tetapi harus tetap datang ke sekolah. Tapi dengan berat hati, kamu harus dikeluarkan dari sekolah ini !”, kata pimpinan sekolah kepada anak-anak. “Tapi pak, tolong saya jangan diberhentikan pak…! Apa yang harus saya lakukan agar saya tidak dikeluarkan. Beri saya kesempatan pak…! “, suaranya terdengar sungguh-sungguh memohon. “Yang bisa meringankan hukuman kamu hanyalah bapak wali kelas. Kamu temui saja beliau!”, jawab pimpinan sekolah memberi anjuran setelah mempertimbangkan dengan baik. Seperti yang disarankan, keesokan harinya dia datangi saya. “Saya sungguh berjanji pak, saya akan merubah semua tingkah laku yang yang tidak baik…”, katanya dengan wajah sungguh-sungguh. Akhirnya hati saya menjadi iba. Barangkali dia benar. Saya mengajukan permohonan pada rapat guru-guru agar dia diberikan kesempatan sekali lagi. Dan semua menyetujuinya. Dia diberi kesempatan untuk berubah, tetapi tetap mendapat sangsi hukuman walau pun dengan jenis yang berbeda.

Ayat renungan di pagi hari yang cerah ini mengatakan bahwa kasih menutupi segala pelanggaran. Setiap jenis peraturan yang ada di dunia dibuat agar dapat mengatur orang-orang untuk hidup dengan tertib, aman dan damai. Namun ada saja kecenderungan peraturan itu dilanggar oleh sekelompok orang, karena mereka memiliki keinginan yang berbeda dari yang lain. Disiplin akan dikenakan pada para pelanggar peraturan, agar semua menghormati peraturan. Namun kita perlu mempertimbangkan dengan penuh kasih semua yang telah melanggar peraturan. Allah kita punya peraturan dan saat yang sama Dia juga amat mengasihi dan suka mengampuni orang yang melanggar peraturan. Selalu ada kesempatan yang diberikan Tuhan pada pelanggar hukum, agar mereka berubah. Allah selalu mengutamakan keselamatan setiap jiwa saat Ia menegakkan peraturan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengutamakan kasih dalam setiap keputusan yang kita buat.

Enjoy your holiday !