Setiba Yesus di seberang, kembali orang-orang datang karena mereka ingin selalu dekat dengan Yesus. Semua orang tahu bahwa mereka akan mendapat keuntungan bila dekat dengan Yesus. Segala keperluan mereka akan terpenuhi. Yesus tahu motivasi mereka dalam mengikut Dia. Orang-orang ingin mendapatkan kesembuhan dan pemenuhan kebutuhan jasmaniah (roti). Sepatutnya kita jangan hanya mencari roti saja, ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Matius 6:33. ”Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.” Yohanes 6:27. Untuk itu kita harus percaya kepada Dia yang telah diutus Allah, yaitu Yesus. Kadang kala, sama seperti orang-orang Farisi, kita dibutakan oleh kepentingan-kepentingan kita. Kita hanya berfokus pada keuntungan yang kita peroleh saja. Bahkan, orang Farisi meminta tanda karena bagi mereka, Yesus tidak lebih besar dari Musa. Musa dapat memberi makan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, namun Yesus hanya memberi roti kepada lima ribu orang saja. Yesus mengatakan bahwa, bukan Musa yang memberikan roti dari surga, melainkan Bapa yang memberikan roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia. ”Kata Yesus kepada mereka, "Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada–Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada–Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.” Yohanes 6:35.
Yang dimaksud Yesus adalah Firman Tuhan, namun orang-orang itu tidak mengerti karena sesungguhnya motivasi mereka berbeda. Mereka hanya melihat dari sudut jasmaniah, sedangkan Yesus berbicara mengenai kerohanian. Inilah yang membuat para rabi menjadi semakin sinis dengan Yesus. Mereka mendesak Yesus untuk memberikan tanda dan pekerjaanNya. Inilah juga yang membutakan para pemimpin orang Yahudi saat itu. Bilamana rasa tidak senang sudah merasuk dalam hati, maka apapun fakta yang ada, semuanya menjadi salah. Bapak Joko mencontohkan: bilamana kita iri dengan salah seorang tetangga kita karena dia memiliki mobil baru, maka ketika kita bertemu dengan dia saat dia sedang mengendarai mobil barunya, apapun yang terjadi adalah salah. Jika ia tidak menegur, maka kita akan mengatakan dia sombong. Namun bila ia menegur, kita tetap juga mengatakan dia sombong karena ingin memamerkan mobil barunya. Inilah yang terjadi pada para rabi. Mereka mencari-cari kesalahan Yesus, karena apa yang dilakukan Yesus adalah untuk kerohanian, sedangkan para rabi hanya berfokus pada hal lahiriah. Agar kita jangan sampai terjerumus seperti para rabi, kita perlu menyerahkan diri kita dan menyambut Yesus sepenuhnya. Janganlah menganggap mukjizat yang terjadi lebih besar dari Firman Tuhan. ”Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama–lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging–Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.". Firman Tuhan tidak akan bermanfaat bila tidak kita lakukan. Kita melakukan Firman Tuhan agar hidup kita dapat berubah. Ketika orang-orang mulai pergi, murid-murid tetap bersama dengan Yesus karena mereka percaya. Mereka merasakan damai dan kesukaan bersama Yesus. Pengalaman pembicara ketika dibaptis, saat beliau menanyakan apa bedanya sebelum dibaptis dengan setelah dibaptis, maka ibu beliau berkata: ”Sebelum dibaptis hidup kita sulit, dan setelah dibaptis hidup kita memang masih tetap sulit, namun ada damai di hati”. Itulah yang terjadi pada murid-murid. Mereka merasakan damai dan kesukaan yang besar besama dengan Yesus. ”Biarlah damai dan kesukaan yang sama juga menjadi bagian kita dengan kita menerima dan menyambut Dia yang diutus oleh Bapa, yaitu Yesus.”, ucap Bapak Joko mengakhiri renungan malam ini.
Pada bagian kesaksian, Pdt. Richard Hutauruk menyaksikan bagaimana kerinduannya untuk melayani di gereja tetangga. Akhirnya Pendeta Hutauruk diberikan jadwal untuk memberikan Firman Tuhan dua kali. Pendeta Hutauruk memohon doa agar Firman Tuhan yang diberikan dapat menguatkan dan membuka kebenaran kepada orang-orang yang belum mengenal kebenaran yang sesungguhnya. Stefani Simanjuntak juga mengucapkan syukur kepada Tuhan, karena siang tadi mendapat kepastian akan kelulusannya. Stefani juga memohon doa agar dapat bekerja dan melayani dengan lebih baik lagi. Kita juga mendoakan Bapak Jerry Manurung yang sakit karena terjatuh dan akan dioperasi, Bintang (cucu dari Ibu Adeline Pandiangan), Pendeta Hutauruk yang akan melayani sebagai pendeta jemaat di jemaat Bekasi Kota mulai tahun 2010, acara hari Sabat Ibu, rencana pernikahan Pdtm. Yehezkiel Sababalat, rencana AIIAS International Youth Chorale yang akan membawakan “Kantata Natal” pada acara Vesper, KPA-KPA, orang-orang yang tengah belajar Alkitab, Family Of the Month – Keluarga Joy Silaban, dan lain-lain. Setelah doa syafaat berkelompok, jemaat menyanyikan Lagu Sion No. 90, ”Percaya Yang Menang” sebagai lagu penutup. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Joko Prasetyo. Puji Tuhan atas kebaktian yang indah pada malam hari ini.