Hari Sabat 5 Desember 2009, jam kebaktian Sekolah Sabat telah selesai. Jemaat bersama tamu-tamu yang datang berbakti di gereja Kemang Pratama tengah memasuki jam kebaktian khotbah. Pendeta Lendra Situmorang, pemimpin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Konferens DKI Jakarta dan Sekitarnya, hadir bersama ibu di Sabat ini. Ibu Situmorang membawakan cerita rohani yang mengambil ayat inti dari Yohanes 3:16. Cerita ini diikuti dengan tekun oleh anak-anak. Usai mendengar cerita, anak-anak kembali ke tempat duduk masing-masing. Acapella Kemang Pratama yang terdiri dari bapak-bapak membawakan sebuah lagu pujian yang merdu “Boleh Jadi Pada Waktu Pagi Hari”, yang mengajak kita untuk selalu bersedia bagi kedatangan Yesus yang segera akan datang. Lagu ini menyiapkan hati jemaat untuk mendengarkan khotbah berjudul “Nyaringkan Suara Penginjilanmu !” yang dibawakan oleh Pendeta Lendra Situmorang.
“Sebelum Yesus kembali ke surga, Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk membawa injil ke seluruh dunia. Dan ini menjadi tugas kita saat ini. Dengan menginjil kita akan semakin kuat dalam iman. Rasul Paulus dalam kitab 1 Korintus 9:16 mengatakan jika dia mengabarkan injil, maka tidak ada alasan untuk memegahkan diri.”, ucap Pendeta Situmorang mengawali khotbah Sabat ini. “Mereka yg tidak menginjil tidak layak memasuki kota Allah. Lebih lanjut Paulus menyebut celakalah dia bila tidak menginjil. Dalam buku Desire of Ages halaman 142 disebutkan bahwa Tuhan dapat melakukan pekerjaan penginjilan tanpa melibatkan manusia. Namun Tuhan mau agar kita dapat mengembangkan tabiat Yesus dengan menginjil.”, lanjut Pendeta Situmorang tentang alasan kenapa kita harus menginjil. “Setiap tahun ada sekitar 50 juta orang meninggal. Di antara mereka mungkin ada sahabat dan anggota keluarga kita. Adakah mereka sudah mendengar dan menerima keselamatan dari Tuhan ? Allah mau agar kita mengembangkan sikap peduli atas keselamatan orang lain dan rela mengorbankan waktu untuk orang lain. Bila kita tidak rela terlibat dalam penginjilan, maka Tuhan dapat menggunakan keledai sekali pun untuk dapat berbicara seperti yang tertulis di Alkitab dalam kisah nabi Bileam.”, terang Pendeta Situmorang kepada semua yang hadir.
“Satu kali terjadi kebakaran di satu rumah. Kantor pemadam dihubungi, tetapi mereka terlambat memberi respons. Karena kelalaian petugas pemada ini, lima jiwa menjadi korban dan meninggal. Kelalaian membawa kematian. Apakah kita terlena akan kesenangan dan kesibukan kita sehingga lalai mengabarkan injil dan mengakibatkan orang lain binasa?”, ucap Pendeta Situmorang yang mengajak kita untuk merenungkan peran kita dalam menginjil. “Kita tidak cukup hanya berbakti di gereja. Kita perlu menginjil dan berbagi pekabaran kepada orang lain. Kita harus melibatkan diri dalam penginjilan. Satu kali ada seorang ibu yang selamat dari kapal tenggelam. Ketika dia siuman setelah lama terapung di laut, dia dapati suami dan anaknya tidak selamat. Dia menyesal karena tidak dapat berkumpul lagi dengan mereka. Apakah saat kita tiba di surga kita akan berkumpul dengan keluarga dan sahabat kita semua? Bila kita menggunakan waktu untuk menginjil dan memberitakan kabar baik kepada mereka, kita akan memiliki sukacita untuk berkumpul bersama bila Yesus datang nanti. Kita perlu menjadi gereja yang melayani. Gereja kehilangan anggota karena mereka kehilangan roh melayani. Anggota yang tidak mendapat pelayanan di dalam gereja, akhirnya akan ke luar dari jemaat. Marilah kita tingkatkan pelayanan kita kepada sesama kita.”, kata Pendeta Situmorang menyimpulkan dan mengakhiri khotbah pada Sabat ini.
“Sebelum Yesus kembali ke surga, Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk membawa injil ke seluruh dunia. Dan ini menjadi tugas kita saat ini. Dengan menginjil kita akan semakin kuat dalam iman. Rasul Paulus dalam kitab 1 Korintus 9:16 mengatakan jika dia mengabarkan injil, maka tidak ada alasan untuk memegahkan diri.”, ucap Pendeta Situmorang mengawali khotbah Sabat ini. “Mereka yg tidak menginjil tidak layak memasuki kota Allah. Lebih lanjut Paulus menyebut celakalah dia bila tidak menginjil. Dalam buku Desire of Ages halaman 142 disebutkan bahwa Tuhan dapat melakukan pekerjaan penginjilan tanpa melibatkan manusia. Namun Tuhan mau agar kita dapat mengembangkan tabiat Yesus dengan menginjil.”, lanjut Pendeta Situmorang tentang alasan kenapa kita harus menginjil. “Setiap tahun ada sekitar 50 juta orang meninggal. Di antara mereka mungkin ada sahabat dan anggota keluarga kita. Adakah mereka sudah mendengar dan menerima keselamatan dari Tuhan ? Allah mau agar kita mengembangkan sikap peduli atas keselamatan orang lain dan rela mengorbankan waktu untuk orang lain. Bila kita tidak rela terlibat dalam penginjilan, maka Tuhan dapat menggunakan keledai sekali pun untuk dapat berbicara seperti yang tertulis di Alkitab dalam kisah nabi Bileam.”, terang Pendeta Situmorang kepada semua yang hadir.
“Satu kali terjadi kebakaran di satu rumah. Kantor pemadam dihubungi, tetapi mereka terlambat memberi respons. Karena kelalaian petugas pemada ini, lima jiwa menjadi korban dan meninggal. Kelalaian membawa kematian. Apakah kita terlena akan kesenangan dan kesibukan kita sehingga lalai mengabarkan injil dan mengakibatkan orang lain binasa?”, ucap Pendeta Situmorang yang mengajak kita untuk merenungkan peran kita dalam menginjil. “Kita tidak cukup hanya berbakti di gereja. Kita perlu menginjil dan berbagi pekabaran kepada orang lain. Kita harus melibatkan diri dalam penginjilan. Satu kali ada seorang ibu yang selamat dari kapal tenggelam. Ketika dia siuman setelah lama terapung di laut, dia dapati suami dan anaknya tidak selamat. Dia menyesal karena tidak dapat berkumpul lagi dengan mereka. Apakah saat kita tiba di surga kita akan berkumpul dengan keluarga dan sahabat kita semua? Bila kita menggunakan waktu untuk menginjil dan memberitakan kabar baik kepada mereka, kita akan memiliki sukacita untuk berkumpul bersama bila Yesus datang nanti. Kita perlu menjadi gereja yang melayani. Gereja kehilangan anggota karena mereka kehilangan roh melayani. Anggota yang tidak mendapat pelayanan di dalam gereja, akhirnya akan ke luar dari jemaat. Marilah kita tingkatkan pelayanan kita kepada sesama kita.”, kata Pendeta Situmorang menyimpulkan dan mengakhiri khotbah pada Sabat ini.