Tuesday, December 29, 2009

Mengisi Hari Dengan Bijaksana

Mazmur 90:12 “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”





Mengakhiri masa ujian, seperti biasa orang tua murid mendapat laporan nilai berbentuk raport atas hasil pencapaian yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar. “Orang tua murid mendapat kesempatan 20 menit untuk mendiskusikan hasil nilai di raport dengan guru dan wali kelas.”, itulah isi surat pengumuman yang saya terima. Saya menerima tiga pilihan waktu yang berbeda untuk ketiga orang anak saya. Itu berarti saya tidak boleh terlambat, karena akan mengganggu rangkaian yang berikutnya. “Wah kak, kelihatannya waktu mama sudah terlewat ! Ada tiga orang yang menunggu sebelum mama , berarti waktunya molor nih…!”, kata saya gelisah kepada si sulung. “Sudah, mama tenang saja ! Nanti juga sampai kok giliran kita.”, jawabnya santai setengah menasehati. “Bagaimana mau tenang, mama kan belum ambil raport kedua adikmu.”, jawab saya masih agak resah. “Sebentar kok mam…, nyantai aja lagi mam…!”, jawabannya khas anak remaja jaman sekarang. Akhirnya saya mengambil tempat duduk di tengah ruangan. Mata saya tertumbuk pada sepasang suami istri yang berusia sekitar enam puluh tahunan, sedang begitu sabar meladeni cucunya. “Lagi antri ambil raport ya tante..?”, sapa saya berpindah mengambil tempat duduk di sebelahnya. “Iya nih… Lama juga ya? Padahal sekarang seharusnya sudah giliran tante. tapi ternyata belum kebagian juga!”, katanya tersenyum ramah. “Sama dong nasib tante seperti saya ! Oh iya, tante sedang mengantar cucu ya?”, tanya saya sementara mata saya berpindah ke arah suaminya yang sedang asyik berbicara dengan cucunya yang sangat fasih berbahasa Inggris. “Iya nih… Tante perhatikan hanya tante dan om yang paling tua di antara wali orang tua murid. Haha…”, jawabnya sambil tertawa ringan. “Enggak apa tante…, kan mengurus cucu.”, jawab saya ikut tertawa. Tak terasa akhirnya kami menjadi akrab. Dia bercerita tentang banyak hal.

“Mama dan papanya cucu saya ini sedang bekerja. Kebetulan om sudah pensiun, jadi ada waktu untuk membantu anak walaupun rasanya cape loh…! Rumah tante kan jauh butuh waktu 2 jam tiba di sekolah ini.”, katanya menjelaskan sambil tertawa kecil. Dari beliau saya juga jadi tahu kenapa sampai cucunya sangat fasih berbahasa Inggris. “Dia lahir ketika orangtuanya bertugas di Inggris hingga usia empat tahun, sementara dua anak tante yang lain ada di Australia dan Selandia Baru.”, lanjutnya lagi sambil tetap tersenyum ramah. “Waduh anak-anak tante sudah sukses ya…! Pantas tante terlihat ceria terus…”, kata saya kagum melihat sikapnya sedari tadi. “Enggak juga dek…! Buktinya sekarang tante dan om masih bersusah-susah mengurus cucu. Hahaha… Hanya saja kami berpikir biarlah kami terus membantu anak-anak selagi mereka masih membutuhkan. Daripada dicuekin anak, mending dibutuhin deh…!hahaha…!!”, jawabnya setengah bergurau. “Masa-masa seperti ini suatu saat akan hilang. Yang tertinggal nantinya hanyalah kenangan. Untuk itu tante dan om ingin mengisi kenangan itu dengan beragam hal setiap hari...”, katanya dengan mata yang masih terlihat penuh semangat. Belum selesai dia bercerita salah seorang teman mencolek saya. “Sekarang giliranmu tuh! Kalau enggak mau, aku yang masuk nih…”, katanya sambil bercanda. “Maaf ya tante, saya tinggal dulu…”, ujar saya pamit kepada tante tadi.

Ayat renungan pagi ini mengajak kita untuk menghitung hari-hari, agar kita beroleh hati yang bijaksana. Kita semua, tanpa terkecuali, memiliki banyak waktu dalam mengisi hari-hari kita. Seorang ibu memiliki banyak kesempatan untuk terus berjuang mendampingi suami dan anaknya. Seorang ayah memiliki banyak kesempatan untuk menafkahi keluarga dan memperhatikan istri dan anaknya. Sementara setiap orang memiliki berbagai hal untuk dijadikan kenangan dalam hidupnya. Semua kita memiliki banyak waktu untuk mengisi hari-hari kita dengan berbagai lembaran hidup entah itu lembar duka, lembar suka atau hanya lembaran kosong, semua itu terserah kepada kita. Hari yang kita miliki saat ini, satu saat akan berlalu dari kita. Bila kita ingin mengenang hal yang indah di masa depan nanti, kita patut mengisi hari-hari saat ini dengan keindahan. Menghadapi tahun yang baru yang sudah ada di depan kita, Tuhan mengajak kita untuk mengisi setiap hari dalam lembaran hidup kita dengan hal yang setuju dengan kehendak-Nya. Marilah kita mengajak Tuhan mengisi hari-hari kehidupan kita, agar kita memiliki hati yang bijaksana.

Have a great day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.