Wahyu 3:21, “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya.”
“Hai tim, pastikan target penagihan kita mencapai minimum 100%. Kalau tidak bisa melebihi. Dan saya tahu, kalian pasti bisa untuk itu”, demikian saya menginstruksikan sekaligus memotivasi para rekan kerja saya di kantor. “Ya Pak. Kita pasti usahakan untuk mengejar target walaupun ada dua pelanggan yang bapak sendiri tahu, kalau mereka agak susah diminta komitmen pembayarannya. Bahkan sudah melewati tanggal jatuh tempo hutang mereka”, jawab salah seorang rekan kerja saya yang setiap hari bertugas memimpin tim bagian keuangan di perusahaan kami untuk memantau kinerja operasional di bagian itu sendiri. Instruksi ini saya berikan di awal bulan, supaya rekan kerja saya fokus untuk tugas itu.
Tepat setengah jam sebelum jam makan siang, tiba-tiba salah seorang rekan kerja saya yang berusia delapan bulan lebih mudah dari saya sekaligus menjadi pemimpin tim ini menghampiri saya dan mengatakan, “Pak, pembayaran dari salah satu pelanggan kita yang sudah jatuh tempo itu sudah masuk. Ini pasti berkat jurus jitu dari surat elektronik atau email bapak kemarin ke mereka. Jadi langsung mereka action. Nggak mau dong, mereka untuk kesekian kalinya harus berhadapan dengan Bapak karena pengiriman barang mereka kita tahan gara-gara telat membayar?”, demikian informasi ini saya terima darinya. “Wow … mantap dan good job untuk semua tim penagihan. Ini yang saya mau kalian harus kerjakan setiap kali ada tugas khusus yang diserahkan kepada kalian”, demikian komentar saya kepada tim ini sambil berjalan keluar dari ruangan kerja menuju ke lokasi kerja seluruh rekan kerja saya berada. “Nanti lima menit sebelum jam dua belas, kita ke luar kantor dan makan siang bersama, mari kita rayakan hasil jerih payah kalian ini”, lebih lanjut saya berkomentar kepada seluruh rekan kerja.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menerima penghargaan maupun memberikan penghargaan baik berupa ucapan atau pun memberikan sesuatu sebagai wujud dari rasa sukacita kita atas pencapaian atau pelayanan seseorang yang kita rasakan sangat menyentuh hati kita. Hal ini kita lakukan semata-mata agar orang lain yang menerima penghargaan itu mengerti betapa kita terpuaskan dengan semua pencapaian atau pun pelayanannya. Namun apapun bentuk penghargaan itu, semuanya dapat dikonversikan ke dalam nilai uang. Tetapi bagaimana dengan penghargaan atau pun upah yang Yesus janjikan untuk kita miliki? Upah itu sangat tidak ternilai harganya dan tak terbayarkan oleh orang terkaya di dunia sekali pun. Oleh sebab Ia menjanjikan surga dan kehidupan yang kekal akan menjadi bagian kita, duduk bersama dengan Yesus dalam takhtaNya, bukan oleh banyak persyaratan yang Yesus ajukan namun Ia hanya meminta kita menerima keselamatan yang Dia telah berikan, menjaganya tetap setia sampai Yesus datang kali yang kedua, maka mahkota kehidupan akan menjadi bagian kita. Jikalau kita berterima kasih atas penghargaan yang manusia berikan kepada kita, sudahkah kita bersyukur dan berterima kasih kepadaNya atas janji kehidupan yang kekal Yesus telah sediakan untuk kita? Semoga kita setia sampai akhir dan Allah akan mengaruniakan mahkota kehidupan untuk saudara dan saya. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.