Pagi baru saja dimulai, kesibukan telah terlihat di sudut-sudut jalan. Ada beberapa pedagang yang mulai menggelar dagangannya. Sementara di pinggir jalan terlihat beberapa anak kecil sedang melantunkan lagu sambil menepukkan tangan sebagai alat musiknya. Saya menepi sejenak karena perlu untuk membeli roti, sekedar mengganjal perut yang mulai terasa perih karena cuaca yang lumayan dingin. Kembali saya jalankan mobil untuk meneruskan perjalanan pagi ini, tak sengaja pandangan saya tertumbuk kepada seorang perempuan muda yang terlihat berjalan limbung di tepi jalan. Rasanya saya sangat mengenali sosoknya. Saya percepat laju kendaraan agar bisa melihat secara jelas apa yang terjadi….dan saya dapati ternyata dia sahabat saya ! ”Ngapain pagi-pagi begini, jalan pagi sambil nangis..engga malu yaa jadi tontonan gratis, ayo naik ke mobil”, kata saya membujuk . Tanpa jawaban ,dia hanya menggeleng pelan sambil tertunduk dan meneruskan langkahnya tidak memperdulikan kata-kata saya. “Kamu itu kenapa sih….kok acting kaya di sinetron saja. Mbok kalau sedih jangan di jalanan…, nanti ketabrak kambing loh…!”, kata saya mencoba untuk melucu. Tetapi dia hanya tersenyum kecil, sementara pipinya dipenuhi dengan deraian air mata. ”Oke…, kalau kamu enggak mau juga nanti aku bunyikan klakson biar jadi perhatian orang-orang…”, kata saya berseloroh. Saya berhasil, karena akhirnya dia mau menurut dan segera masuk ke dalam mobil. Cukup lama kami sama-sama terdiam bingung untuk memulai percakapan.
“Sebenarnya apa sih yang terjadi…, kamu baru kecopetan ya ?”, tanya saya hati-hati, khawatir dia menjadi sedih lagi. “Aku enggak mau pulang, kamu drop saja aku di mall !”, suaranya pecah bersamaan dengan tangisnya. ”Aku ini kan sahabat mu, kok kamu jadi aneh begitu..?”, jawab saya protes. ”Enggak tahu ah…”, katanya lagi. ”Loh kok enggak tahu, harus tahu dong…”, jawab saya. Akhirnya dia mulai bercerita. ”Setelah karir yang mencapai puncak, kami mendapatkan segalanya. Materi yang berkecukupan, kemewahan, kehormatan, tapi pada akhirnya aku menyadari semuanya adalah kesia-siaan. Rumah tanggaku terancam hancur…!”, tangisnya mulai keras. “Kamu sudah coba ingatkan dan bicara baik-baik dengan suamimu ?”, tanya saya pelan. “Sudah kucoba berkali-kali membicarakannya, tapi tidak berhasil. Rasanya aku sudah putus asa…”, jawabnya lirih menahan pedih. “Jangan pernah bosan untuk mencoba…, datanglah kepada Tuhan, pasti Dia akan membantumu… Yang penting kamu berusaha terus…”, bujuk saya padanya. Kemudian bla bla… kami teruskan pembicaraan untuk mendapatkan solusi berikutnya. Kini satu tahun telah berlalu, kami kembali berkesempatan bertemu dalam suasana yang berbeda. “Untung waktu itu aku menangis di jalan dan kamu lihat yaaa…kalau tidak… semuanya tinggal kenangan deh….”, katanya tersenyum sambil bernostalgia. “Yaah….semoga saja kenangan itu menjadi kenangan yang terindah untuk kamu, jadi kamu ingat bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kamu menyelesaikan masalahmu sendirian. Dia akan menyertai kita. Jadi jangan cepat putus asa ya…”
God loves us – have a nice day !
Gunakan tombol "Tell A Friend" untuk membagikan Roti Pagi kepada sahabat-sahabat anda.