Penghotbah 6:12 “Karena siapa yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?”
Sore itu kami baru saja menyelesaikan kegiatan bersama teman-teman. Teman di sebelah saya tiba-tiba memberikan pertanyaan yang mengusik pikiran. “Kalau dikasih kesempatan untuk kembali ke suatu masa, kamu ingin pilih kembali ke masa apa?”, katanya dengan wajah ingin tahu. “Waduh..! Susah-susah gampang ya menjawabnya…”, salah seorang teman tiba-tiba menjawab. “Ah…, kalau saya sih enggak punya kenangan manis di masa lalu sampai sekarang…“, yang seorang lagi menyambung. “Kalau aku sih ingin ke masa yang di depan… Jadi enggak seperti masa lalu. Kita bisa melihat sesuatu yang baru…”, seorang lagi bicara. ”Loh..loh…, yang ditanya siapa yang jawab siapa ya? Aku lagi nanyain tetanggaku nih…!”, kata teman saya protes. Lalu saya menjawab cepat, “Kembali ke masa kecil lah…, karena paling asyik; enggak perlu berpikir buat besok. Enjoy terus…, mau main kapan saja, tertawa bebas lepas. Makan bisa puas, tanpa berpikir akan jadi gemuk. Masalah enggak punya…, pokoknya nikmat deh…”, jawab saya sambil tersenyum karena langsung terbayang waktu masa kecil dulu. ”Mama, ayo pulang capek nih!”, teguran anak saya memecahkan pembicaraan kecil kami. ”See, I told you….”, kata saya kepada teman-teman. “Iya banget ya…”, teman-teman tertawa namun belum sepenuhnya puas karena harus bubar sebelum selesai.
Setiba di rumah saya teruskan pertanyaan tadi kepada suami. ”Papa kalau dikasih kesempatan kembali ke satu masa, kira-kira akan pilih ke masa yang mana?”, tanya saya. “Waduh…, ke masa yang mana ya…”, jawabnya sambil berpikir. ”Kayaknya sih masa kecil aja deh…”, jawabnya. Tawa saya langsung pecah, karena ingatan saya langsung tiba kepada ceritanya yang selalu menyenangkan untuk diingat. ”Sore itu seperi biasa aku main sepeda…, beberapa orang teman sudah memanggil dengan teriakan mereka. Ayooo kita ke lapangan..! Aku langsung nurut aja…, karena lapangan itu tempat yang menyenangkan. Ada taman yang cukup besar untuk kita bermain. Tiba di sana teman-teman meminta aku untuk melipat tangan di belakang, kata mereka ini hanya untuk main-main. Lalu tanganku betulan mereka ikat. Setelah itu ceritanya mereka harus pergi untuk bersembunyi…sementara aku ditinggal merana seorang diri. Sampai hari sudah mulai gelap mereka belum juga melepaskan ikatan tanganku…!”, saya mengulangi lagi ceritanya, sementara suamiku tertawa mengenang masa kecilnya. ”Iya seru banget ! Memang iseng sekali semua teman-teman waktu itu…benar-benar enggak menyangka akan mereka kerjain. Masih banyak lagi kok ma ceritaku…”, katanya sambil mulai lagi untuk bercerita.
Ayat renungan di pagi indah ini mengingatkan bahwa manusia tidak dapat mengetahui akan masa depan. Di dalam hidup kita tentu banyak hal yang telah kita alami di masa lalu. Bisa saja cerita itu terasa manis atau terasa pahit untuk dikenang. Kenangan masa lalu hanyalah sebatas untuk diingat. Kenangan itu tidak bisa kita ulang lagi di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Manusia hanya bisa mengetahui apa yang sudah terjadi di masa lalu. Tapi manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui masa yang akan datang. Kita tidak tahu akan hari esok. Hanya Allah yang memiliki kemampuan untuk mengetahui masa yang akan datang. Tuhan akan mengatur apa yang baik buat kita di masa yang akan datang. Mari kita berjalan bersama dengan Tuhan setiap hari. Kita serahkan masa depan kita ke tangan Tuhan.
Let us prepare ourselves to receive His abundant blessings !