Tuesday, March 03, 2009

Seminar "Video Production dan e-Publication"

Seminar Komunikasi dengan tajuk “Video Production dan e-Publication” diselenggarakan tanggal 24 – 26 Februari lalu, bertempat di lantai 5, Gedung Pertemuan Advent MT Haryono. Seminar kali ini dipimpin oleh Bapak Jonathan C. Catolico, Direktur Komunikasi dari Divisi Asia Pasifik Selatan. Turut datang bersama beliau adalah Bapak Welsie dela Cruz, Communication Assistant untuk Media Production Divisi Asia Pasifik Selatan dan Bapak Rhoen P. Catolico, Assistant Program Director, Adventist World Radio, Asia Pacific Region. Adapun peserta yang datang berasal dari utusan jemaat-jemaat, kantor konferens dan kantor daerah.

Hari pertama, Bapak Welsie memberikan beberapa materi di seputar video production yang diterjemahkan oleh Pendeta Jahotner Manullang, Direktur Komunikasi UIKB. Di dalam sesi ini beberapa teknik pergerakan kamera video seperti pan (ke kiri-kanan), tilt (atas-bawah), pedestal (posisi dinaikkan atas-bawah), dolly (bergerak di atas rel mengikuti obyek), crane (naik searah obyek), rack focus (focus pada obyek dan latar belakang dibuat kabur), dan beberapa teknik pergerakan lainnya. Setiap teknik dijelaskan keuntungannya dan pada saat momen apa teknik itu diperlukan. Semua peserta menyimak dengan penuh minat. Sesekali pertanyaan dilontarkan dan segera ditanggapi dengan penjelasan yang baik dari Bapak Welsie.

Setelah jeda pagi, Bapak Welsie menerangkan teknik pencahayaan atau lighting. Beberapa metode pencahayaan seperti hard lighting, soft lighting dan ultra soft lighting dibahas satu persatu kegunaan dan teknik penerapannya. Kemudian intensitas cahaya dijelaskan lebih lanjut. Teknik pengukuran intensitas cahaya dengan light meter. Pencahayaan yang tidak merata di tempat pengambilan gambar, akan membuat gambar menjadi terlalu gelap atau bahkan terlalu terang. Itu sebabnya sebelum pengambilan gambar diambil, perlu diukur intensitas cahaya dengan light meter, untuk memastikan cahaya tersebar dengan merata di semua area pengambilan gambar. Bila tidak merata, maka pencahayaan akan disesuaikan untuk tempat dan sudut-sudut yang memerlukan. Pengukuran cahaya yang berimbang menghasilkan gambar yang baik dan enak untuk dilihat oleh mata. Setelah itu, peserta diberikan teknik untuk pengambilan white balance. Teknik white balance penting untuk menentukan dominasi warna yang akan ditampilkan di sepanjang pengambilan gambar. Beberapa peserta mencoba mempraktekkan teknik white balance ini di kamera yang tersedia, sambil sesekali bertanya kepada Bapak Welsie yang dengan sigap menjawab semua pertanyaan dengan baik.

Saat makan siang, peserta turun ke kantin Agape yang terletak di lantai dasar. Kesempatan ini dipakai oleh peserta untuk saling berkenalan lebih lanjut sambil menceritakan kemajuan pekerjaan Tuhan di tempat masing-masing. Kebetulan kami duduk bersama dengan seorang ibu yang berasal dari jemaat Rangkas Bitung, Banten. Kamipun bertukar informasi kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan gereja. Ibu Hany menyampaikan bahwa lingkungan sekitar mereka banyak sekali yang taraf kesehatannya di bawah standar karena tingkat pendapatan yang tidak memadai. Itu sebabnya pendekatan melalui pengobatan cuma-cuma menjadi satu cara yang dilakukan untuk daerah Rangkas Bitung ini. Ibu Hany ini sendiri ternyata adalah seorang dokter spesialis kulit yang berpraktek di daerah Kapuk. Duduk bersama kami juga adalah Pendeta Samuel Simorangkir. Pendeta Simorangkir juga ikut dalam pembicaraan dengan penuh minat. Pendeta Simorangkir menganjurkan kepada Ibu Hany untuk melibatkan gereja di wilayah Rangkas Bitung untuk ikut dalam kegiatan sosial bersama. Ibu Hany diundang juga untuk menulis berita di majalah Mahkota, agar banyak yang bisa membaca dan terlibat dalam membantu pekerjaan sosial di Rangkas Bitung. Pembicaraan yang menarik ini kami akhiri setelah makan siang usai.

Usai makan siang pukul 1:00 siang, saya bergegas menuju ke lantai 3 gedung. Masih ada 30 menit tersisa sebelum sesi siang hari dimulai. Di sana saya bertemu dengan Pendeta R.Y. Hutauruk dan Bapak Johny Situmorang, gembala dan anggota jemaat Kemang Pratama. Saat kami berbincang-bincang, terdengar suara Pendeta J. Lubis, Pemimpin GMAHK Uni Indonesia Kawasan Barat. Beliau menyambut kami dengan hangat dan kami masuk ke ruang kerja Pendeta Lubis. Beberapa hal sehubungan dengan pekerjaan Tuhan di jemaat Kemang Pratama disampaikan oleh Pendeta Hutauruk. Kami juga menyampaikan seputar acara ulang tahun gereja Kemang Pratama yang ke-10 di bulan April nanti. Setelah itu kami mendengarkan beberapa kemajuan pekerjaan Tuhan di Indonesia Kawasan Barat. Di akhir perbincangan, Pendeta Lubis mengajak kami untuk berdoa bersama. Pendeta Lubis memimpin doa, mendoakan kami satu per satu, mendoakan rencana-rencana jemaat Kemang Pratama, dan mendoakan pekerjaan Tuhan di Indonesia. Saya merasakan berkat dalam pertemuan dengan pemimpin gereja kita. Sungguh jam istirahat siang yang memberi berkat sukacita bagi saya.

Saya segera kembali ke seminar di lantai 5. Bapak Welsie menerangkan tentang konsep video framing, yang intinya adalah bagaimana menaruh obyek secara baik di layar kamera. Usai membicarakan konsep ini, semua peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan proyek pembuatan video. Bapak Welsie meminta setiap kelompok untuk membicarakan rencana proyek pembuatan video di tiap kelompok. Kita diberi tugas membuat video berdurasi 30 detik. Saya kebetulan berada satu kelompok dengan Pendeta K.R. Sagala, Direktur Pemuda Advent Uni Indonesia Kawasan Barat, Pendeta Ranap Situmeang, Direktur Komunikasi Konferens Jawa Timur, Pendeta Lumbanraja dari Kalimantan dan Adrian. Setelah berdikusi beberapa saat, ide membuat iklan “Small Group” atau Kelompok Pendalaman Alkitab tercetus. Segera kita menggarap ide jalannya cerita, potongan cerita berikut berapa detik pengambilan gambar untuk tiap-tiap potongan cerita. Kami juga membuat story board dengan coretan-coretan. Ketika kami sedang asyik berdikusi, Bapak Welsie melintas. Beliau terkejut karena kami tidak hanya membuat rencana tapi juga sudah melangkah untuk membuat video. Setelah itu kami bergegas membuat video. Kami berlima asyik memilih tempat pengambilan gambar, mulai dari pintu masuk, hingga duduk di kursi-kursi, memimpin acara sebuah KPA, membagikan firman, berdiskusi, bernyanyi dan berdoa. Semua harus direkam dalam 30 detik. Usai pengambilan gambar, ternyata waktu rekaman hampir 1 menit. Pendeta Sagala dengan cekatan mentransfer hasil pengambilan gambar ke dalam laptopnya. Setelah itu proses editing dilakukan beliau. Wah..kami semua kagum dengan kecekatan beliau dalam melakukan editing. Waktu 45 detik pun bisa dicapai. Kami tersenyum puas dengan hasil kerja bersama sore itu. Sebelum pulang, Bapak Weslie menyampaikan rencana esok hari untuk membuat 2 proyek pengambilan gambar di dalam studio. Oleh karena itu kita berbagi ke dalam dua kelompok. Dan tiap-tiap kelompok memiliki tim teknik, tim make up, tim lighting, tim kamera, tim floor, floor director, pemeran utama, penulis script, dan lain sebagainya.


Hari kedua dimulai dengan mematangkan rencana dalam kelompok. Masing-masing menjalankan peran dengan baik. Yang menulis script menulis dialog yang akan diucapkan oleh pemeran utama. Pemeran utama menghafalkan baris-baris kalimat. Yang lain bersiap-siap dengan mic, kamera video, dan setting panggung yang ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah studio. Pendeta Lumbanraja dari kelompok pertama berperan sebagai pembicara tentang manfaat air. Ibu Pamela Manurip dari Bandung berperan di bagian make up sibuk memoles wajah Pendeta Lumbanraja dengan bedak, agar wajahnya tidak terlihat terlalu bersinar ditangkap lensa kamera. Sementara teman-teman lainnya berada di depan dia. Ada yang memegang kertas dialog yang bisa dilihat dari kejauhan, ada yang memegang peringatan waktu….dan “three…!! two…!! camera rolls…!!”, aba-aba dari sang director. Kedua orang yang mengoperasikan dua kamera segera menyorot kamera dengan teknik-teknik yang telah dipelajari. Pendeta Lumbanraja segera beraksi dengan botol air aqua yang ada di depannya.

Setelah itu giliran kelompok kedua. Di sini Bapak Daniel Sitompul dari jemaat Salemba berperan sebagai pembicara kesehatan di studio. Tiap-tiap anggota kelompok sibuk dengan perannya masing-masing. “Selamat pagi anda bertemu kembali dengan saya Daniel Sitompul…”, ucap Bapak Sitompul dengan fasih bak pembicara televisi yang profesional. Kita semua tersenyum kagum. Setelah itu kedelapan aspek New Start segera mengalir lancar dijelaskan oleh Bapak Sitompul. Usai pengambilan video pertama, Bapak Weslie memberikan masukan-masukan kepada setiap kelompok. Setelah itu, pengambilan gambar diulang sekali lagi dengan mengikuti masukan-masukan dari Bapak Welsie. Pengambilan gambar untuk kedua kali disepakati dengan mengikuti masukan-masukan yang baru saja diberikan. Benar saja, pengambilan gambar kedua berjalan dengan lebih baik. Wajah tegang dari Bapak Lumbanraja atau Bapak Sitompul pada saat pengambilan gambar di awal, kali ini pupus, berganti dengan wajah yang lebih rileks. Kamera-kamera juga terfokus dengan baik, long shot, medium shot, zoom in silih berganti antara satu kamera dengan kamera lain. Seorang ditugaskan untuk mengoperasikan video mixer yang telah tersedia. Sehingga tampilan di layar silih berganti antara satu kamera dengan yang lain. Pengambilan gambaran yang kedua ini berjalan lebih baik dan semua peserta tersenyum puas dengan hasilnya.

Usai sesi pengambilan gambar, Bapak Rhoen Catolico membahas seluk beluk penggunaan website sebagai media komunikasi. "Banyak website-website gereja di wilayah Divisi Asia Pasific Selatan, termasuk juga website organisasi di Divisi Asia Pasifik Selatan yang berbasis blog karena kemudahan dalam pengaturan lalu lintas berita. Diantaranya ada yang berbasis Wordpress dengan versi yang ada biaya tahunannya. Dengan biaya tahunan itu, website organisasi dan gereja-gereja ini bisa mendapat alamat yang berakhiran dot org, atau dot com.", kata Bapak Rhoen menerangkan. Beberapa peserta menanyakan dengan antusias cara-cara pembuatan blog dan website. Lebih lanjut Bapak Rhoen menerangkan proses pembuatan yang sederhana dan juga beberapa alternatif blog yang bisa digunakan dengan gratis seperti dari Wordpress dan Blogspot. Beliau lalu mendemonstrasikan pelbagai kelengkapan yang bisa dibuat dalam satu blog. Bapak Rhoen mengingatkan, "Semua anggota jemaat gereja termasuk ketua jemaat dan gembala, hendaknya mendukung keberadaan website gereja, agar website gereja bisa berkembang. Dan bila website ingin berkembang lebih lanjut, maka gereja sepatutnya menyisihkan dana untuk pengembangan website. Dan yang terutama, website gereja hadir untuk memberitakan Yesus.", ujar Bapak Rhoen mengakhiri pembicaraannya. Usai sesi sore itu, saya menghampiri Bapak Rhoen dan menyampaikan website gereja Kemang Pratama yang menggunakan fasilitas dari Blogspot. Saya berikan alamat website gereja kita untuk Bapak Rhoen kunjungi. Beliau senang mendengarkan berbagai kegiatan di seputar website gereja Kemang Pratama, termasuk dengan kehadiran renungan pagi setiap hari. Beliau berjanji akan berkunjung di website pada malam harinya. Acara sore itupun berakhir.

Di hari terakhir, Bapak Jonathan Catolico membahas tentang berbagai gaya penulisan berita. Mulai dari 5 W + 1 H, yaitu who, when, what, why, where, dan how yang mesti tercakup dalam satu berita. Tetapi ada satu elemen ‘W’ lagi yang mesti terkandung dalam satu berita. Beliau menanyakan peserta yang hadir apa ada yang tahu apa ‘W’ tersebut. Beberapa peserta mencoba untuk menebak, namun tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. "W yang satu ini adalah Wow !", jawab Bapak Jonathan sambil tersenyum. "Dengan adanya elemen Wow ! dalam satu berita, berarti pembaca bisa merasakan berita itu sebagai berita yang bagus dan patut dibaca.", lanjut Bapak Jonathan menerangkan. Beliau kemudian memperkenalkan gaya penulisan feature report. "Dalam penulisan feature report ini kita menggambarkan suasana di dalam berita sedemikian rupa, sehingga pembaca seperti dibawa ke dalam situasi yang ditulis tersebut. Gaya penulisan feature report juga berisikan kutipan-kutipan kata-kata pelaku dalam cerita, dengan tanda petik pembuka dan penutup, diikuti dengan keterangan-keterangan yang mencerminkan suasana yang dialami pelaku cerita.", jelas Bapak Jonathan lebih lanjut. Beberapa contoh kemudian ditayangkan untuk dilihat bersama. Para peserta menyimak dengan baik. Dalam sesi berbagi, saya membagikan pengalaman keluarga-keluarga di jemaat Kemang Pratama dalam menulis renungan pagi di website yang juga menggunakan pendekatan gaya penulisan feature report. Awalnya, bukanlah hal yang mudah menulis dengan gaya feature report. Namun dengan semangat dan usaha yang terus menerus, maka hal itu bisa diwujudkan. Saya mengajak peserta untuk melihat contoh di dalam renungan pagi dan bebeberapa berita di website gereja Kemang Pratama, yang menggunakan gaya penulisan feature report. Usai sesi berbagi, Bapak Jonathan Catolico menutup sesi pagi itu dengan memberikan anjuran, "Mari kita menggunakan gaya penulisan feature report dalam penulisan berita-berita, karena gaya penulisan ini disukai oleh banyak orang, terlebih dari kalangan orang muda. Dengan memilih gaya penulisan yang tepat, maka itu akan mendorong minat pembaca untuk membaca berita-berita yang ditulis".

Saat yang ditunggu-tunggu oleh semua tiba. Bapak Weslie telah siap menyajikan hasil pengambilan gambar kemarin. Satu persatu video kelompok yang telah disunting ditampilkan di layar. Semua menyimak dengan baik. Para peserta tampak puas dengan hasil akhir yang didapat. Sertifikat kemudian dibagikan kepada semua peserta yang disampaikan langsung oleh Bapak Jonathan Catolico, disaksikan oleh Pendeta J. Manullang. Di akhir sesi siang itu, Bapak Jonathan Catolico menyampaikan terima kasih atas kehadiran semua di tiga hari ini. Beliau berharap agar pelajaran yang didapat boleh diterapkan di konferens, daerah dan jemaat masing-masing. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Jonathan Catolico. Semua bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing di siang hari itu. Terima kasih untuk pelajaran yang baik ! Semoga semua bisa pulang kembali dan menerapkan di tempat masing-masing untuk kemajuan bagi pekerjaan Tuhan !