Ketika saya berumur 7 tahun, lahirlah adik saya, seorang bayi perempuan yang mungil. Kami sekeluarga sangat senang menyambut kehadirannya, apalagi hari lahirnya tepat di waktu pergantian tahun, yakni tanggal 31 Januari jam 12 malam. “Waduh, adik hebat ya mama…, lahir di saat semua orang merayakan waktu pergantian tahun !”, kata saya pada mama yang masih terbaring letih karena baru saja melahirkan. Memang suasana natal masih sangat terasa, apalagi mama melahirkan di salah satu rumah sakit kristen. Di setiap sudut ruangan ada lampu-lampu dan hiasan natal yang bagus, indah dan lucu-lucu sekali. ”Hati-hati ya ! Jangan sampai mainan itu tersenggol, karena hiasan-hiasan ini mahal dipesan dari Belanda !”, kata suster rumah sakit menyapa sambil menasehati kami.
Hampir setiap hari kami pergi menjenguk mama, dan tentunya kami juga rindu untuk melihat adik kecil. Ketika saya sedang berjalan menuju kamar mama, saya melihat ada seorang ibu sahabat mama yang datang menjenguk juga. Tetapi bukan itu saja, ibu ini saya lihat mengambil hiasan natal tersebut dan memasukkan kedalam tasnya. Saya terkejut dan takut ! Saya mengenal dia dan saya khawatir kalau nanti ada orang yang melihat tindakannya, dia tegur dan dia akan malu sekali karena ketahuan kami. Saya berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan memberitahukan kepada siapapun apa yang sudah saya alami. Karena saat itu hari libur, pagi-pagi sekali kami sudah pergi ke rumah sakit. Tapi tidak seperti biasanya wajah papa kelihatan tidak gembira. ”Papa ingin tanya dan ingin kejujuran kalian, apakah kalian yang mengambil hiasan natal di luar? Papa jadi malu karena kamar mama yang paling dekat dengan pohan natal itu…” kata papa lagi. “Tapi pa…, benar kok, bukan kami yang melakukannya”, jawab saya tenang. Papa menanyakan lagi kepada kami apakah kami yang melakukan hal itu, tapi saya belum mau menceritakan apa yang saya lihat. Karena papa terus menerus bertanya, saya tidak tahan, akhirnya saya ceritakan saja kejadian yang sebenarnya.
Pagi ini ayat renungan kita mengajak kita untuk tetap menjadi terang diantara sekitar kita. Terkadang ada hal-hal di dalam hidup ini yang membuat kita ragu mengatakan suatu kejadian yang sebenarnya. Bisa saja berbagai peristiwa terjadi ketika kita ada di kantor atau di rumah, terjadi dengan sahabat kita, atau dengan orang yang kita kasihi. Kita ragu untuk berkata jujur, karena kita takut melukai hati orang tersebut. Kita takut menerima resiko, kalau orang lain menjadi tahu kejadian yang sebenarnya. Boleh jadi yang kita sembunyikan itu tertutup dari mata manusia, namun Allah maha tahu. Mengatakan sesuatu secara jujur adalah sikap yang Allah kehendaki. Allah ingin kita menjadi terang yang bersinar dalam kegelapan, menjadi terang yang bercahaya di hati orang, menjadi terang bagi setiap orang.
Keep on shining !
If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Saturday, March 14, 2009
Tetaplah Bercahaya !
MATIUS 5:16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga."