Saturday, March 21, 2009

Perkataan Yang Manis

Amsal 15:1 "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah"





Setiap anak yang melewati usia balita tentulah gigi susunya akan tanggal digantikan dengan gigi yang permanen. Ini adalah proses yang alami. Tetapi buat kami hal ini menjadi masalah karena gigi yang tumbuh pada anak kami letaknya tidak biasa, tumbuhnya setengah dan menusuk miring keluar. Kasihan anak saya karena jadi tidak nyaman menggunyah dan sering tersenggol dengan bibirnya. Saya ingin segera mencabutnya, tapi saya khawatir nanti tidak ada lagi gigi pengganti yang tumbuh. Saya pikir satu-satunya cara adalah segera konsultasikan ke dokter. Setibanya di rumah sakit anak kami mulai gelisah. Harus diakui suasana rumah sakit selalu kesannya dingin dan tidak ramah, mungkin karena baunya yang khas antara bau obat atau bau pembersih ruangan. Itu membuat suasana hati kita menjadi kurang nyaman, apalagi untuk anak-anak seusia anak saya.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dokter menganjurkan untuk dicabut saja. “Loh dok, nanti kalau dicabut apa tidak jadi kosong? Kan ini sudah gigi permanen …?”, tanya saya keheranan. ”Normalnya memang tidak tumbuh lagi, karena ini gigi permanen. Tapi coba ibu lihat hasil rontgen yang ketiga, setelah berjalan waktu terlihat samar bahwa gigi penggantinya sudah siap akan keluar nanti”, suara dokter terdengar yakin sekali. “Kasus ini memang jarang sekali…, satu diantara seribu kejadian. Kelihatannya kalsium anak ibu sangat baik sehingga giginya tumbuh diluar batas normal ….”, jelas dokter gigi itu lagi. Saya mulai membujuk agar anak kami berani dicabut giginya. “Nanti kalau sudah dicabut giginya mama belikan sesuatu deh…”, kata saya sambil mengiming-imingi dengan hadiah. ”Betul ya mama…”, jawabnya tanda setuju. Di dalam ruangan dokter ada 4 orang perawat yang menemani ditambah kami menjadi berjumlah tujuh orang. Saya terkesan dengan dokternya dia begitu sabar membujuk. Hampir 1 jam kami habiskan untuk membujuk, karena tiba-tiba anak kami berubah pikiran. Ketika suntikan anestesi yang kedua diberikan anak kami panik, dia menangis ketakutan. Dokter berkata, “Wah kelihatannya harus di panggil papanya, saya khawatir dia marah . Kita bisa kalah ini… ”,kata dokternya. Suasana terasa tegang saat itu . Kami hampir menyerah ketika adiknya ikutan bersuara, “Abang…, jangan takut dong… kan ada Tuhan Yesus. Abang kan baik, pasti nanti ditolong Tuhan…”, suaranya terdengar lembut dan polos tetapi sangat ampuh menguatkan hati kakaknya. Dan proses pencabutan pun berjalan aman.

Ayat renungan kita pagi ini mengajak kita untuk memberikan jawaban yang lemah lembut karena itu akan meredakan kegeraman, sebaliknya kata yang pedas membangkitkan amarah. Bisa saja kita mengalami hal seperti itu dalam hidup. Di saat kita ragu-ragu untuk mengambil keputusan, kita menjadi takut dan khawatir. Saat itu kita memerlukan satu dukungan, kekuatan dan semangat. Bila kita mendapatkan jawaban yang lembut, maka kita akan merasa dibuat tenang dan dikuatkan, sehingga kita boleh mengambil keputusan dengan lebih berani dan yakin. Mari kita senantiasa memberikan kata-kata yang lemah lembut yang diperlukan oleh orang lain. Kata-kata yang lemah lembut dan indah akan menjadi berkat bagi orang lain, dan menjadi sukacita bagi kita yang memberikannya.

May God bless us abundantly today !