Sunday, March 15, 2009

Kegalauan Hati

Amsal 3:5 “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”






Senang sekali bisa berkunjung ke rumah sahabat yang baru saja melahirkan. Saya kembali bisa melihat bagaimana kuasa Tuhan begitu besar, bagaimana kehidupan yang baru kembali tercipta. Kompleks perumahannya begitu indah sekali, semuanya tertata rapih. Ada bukit-bukit kecil yang begitu menarik hati anak-anak karena mereka bisa bermain, bersembunyi di balik bukit itu, bebas lepas menikmati keindahan alam. “Selamat siang…, lagi repot ya…?”, kami menyapa semua yang ada di dalam rumah. ”Eh…, ada tamu jauh. Ayo…, mari silahkan masuk. Mama…, ada tamu dari jauh nih datang …!”, suaminya menyambut kami dengan senyum lebar sambil memanggil istrinya.

Masing-masing kami pun segera bertukar cerita, anak-anak pun menikmati pertemuan ini. Mereka bercerita dan bermain dengan asyiknya, sementara saya dan teman lebih banyak menceritakan aktifitas aktifitasnya yang baru: bangun di malam hari, memandikan anak, mengganti popok dan lain-lain. “Rasanya kok capek sekali yaa…”,katanya pada saya. “Oooh… pasti, apalagi kamu sudah cukup lama tidak melakukan rutinitas ini”, kata saya menghibur. Memang untuk mendapatkan bayinya yang kedua ini dia harus menanti selama 9 tahun. Jadi bukanlah sesuatu hal yang biasa untuk suatu proses penyesuaian. “Tapi waktu kelahiran pertama, rasanya tidak sesibuk dan seletih ini…, kok beda yaa…?”, wajahnya sedikit berubah. ”Ya pasti dong…, sekarang kan usia kamu juga bertambah. Otomatis kesigapan, mental dan kesehatan kamu juga sudah jauh berbeda dibanding tahun-tahun dulu”, saya berusaha menjelaskan dan menghibur dia. “Wajar-wajar saja kalau itu kamu rasakan”, kata saya lagi. “Saat sendiri, sering saya merasakan sesuatu hal, entah apa, yang jelas ada segala rasa galau berkecamuk jadi satu…”, jelasnya mencari pengertian. “Doakan agar aku bisa melalui masa-masa ini yaa…”, katanya sambil menghela nafas dalam. “Sudah pasti kamu bisa kok…, itu biasa dialami setiap ibu yang baru mengalami persalinan. Tuhan akan membuat semuanya menjadi indah”, jawaban saya untuknya.

Dalam ayat renungan pagi ini, kita diajak untuk menyerahkan kepercayaan kita kepada Tuhan dengan segenap hati kita, dan tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri. Boleh jadi dalam perjalanan waktu, kita dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang membuat kita ragu dan khawatir, sambil bertanya-tanya apakah kita cukup kuat untuk melaluinya. Di tengah-tengah perjalanan hidup kita kehilangan kepercayaan diri , kita seperti tidak memiliki pengertian dalam menghadapi rangkaian hidup ini. Kenapa begini, kenapa begitu, kata-kata itu terus bergulir di kepala kita. Tuhan mau agar kita tidak menyandarkan semua itu pada pengertian kita sendiri. Kita memiliki keterbatasan sebagai manusia, dan keterbatasan itulah yang membuat kita khawatir dan ragu. Tuhan mengajak kita untuk menyerahkan semua dan percaya kepadaNya.


Have a great week end !