Friday, March 13, 2009

Nyanyian Di Kegelapan Malam

Yohanes 16 : 22 “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.”


Malam ini sama seperti malam yang lalu. Kami semua lengkap berkumpul di ruangan ICU di rumah sakit mulai dari kakak yang paling besar hingga adik yang bungsu. Sudah beberapa hari papa tidak sadarkan diri. Di malam hari memang sepi lebih terasa, apalagi ditambah dengan ruangan yang berpendingin udara, anginnya terasa berembus di antara pori-pori. Kami bergantian berbisik memberikan doa agar papa bisa berserah kepada Tuhan. ”Sudah selesai melamunnya…?”, tegur kakak saya memecah kesunyian malam. Betul, saya memang sedang melamun mengenang saat-saat papa masih sehat bersama kami. Masa-masa itu begitu indah sekali…dan sebentar lagi mungkin akan hanya menjadi kenangan saja. ”Bagaimana kalau kita bernyanyi juga…, siapa tahu papa bisa mendengar lagu-lagu kita, sehingga hatinya akan tenang…”, seorang dari kakak saya menawarkan ide. Akhirnya buku Lagu Sion kami buka dan sepanjang malam itu kami terus bernyanyi. Ada juga lagu kegemaran papa yang kami nyanyikan.

Tak kuasa saya menahan rasa sedih, seakan hati ini teiris-iris perih sekali rasanya... “Papa…”, panggil saya. ”Papa…, kami semua mencintai papa…”, bisik saya terisak-isak. Walau tanpa jawaban papa, tangannya yang tadinya sangat kaku mulai terasa lebih lemas sekarang. Saya yakin papa mendengar kami bernyanyi untuknya. Sayup-sayup terdengar detak jarum jam…, kami terus bernyanyi hingga pagi menjelang. Tetapi ketika kami menyanyi di kesunyian malam itu, saya merasa seperti ada suara lain yang ikut bernyanyi… dan ternyata suara itu adalah suara seorang ibu yang sedang menjaga keponakannya, yang juga terbaring di ruangan itu. ”Maaf ya…, tante ikut menyanyi bersama kalian.., tante merasa takut dan khawatir… Menurut dokter, keponakan tante ini tinggal menunggu mujizat Tuhan saja. Tetapi mendengar lagu kalian… tante merasa dikuatkan…”, katanya kepada kami semua. Saya sempat pulang ke rumah sebentar di pagi harinya. Namun saat saya kembali, tempat tidur di sebelah papa telah kosong. Keponakan ibu itu telah meninggal dunia. Ibu tadi mengucapkan terima kasih kepada kami karena nyanyian tengah malam itu bisa memberikan keringanan kepadanya saat hatinya penuh rasa takut dan khawatir. Selang waktu beberapa jam setelah itu… papa juga pergi meninggalkan kami semua anak dan cucu-cucunya.

Di dalam ayat renungan pagi ini dikatakan dukacita yang meliputi kita saat ini akan berubah menjadi kegembiraan yang tidak dapat dirampas, saat Yesus kembali nanti. Ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Tetapi itulah proses kehidupan di dunia yang berdosa ini. Semua kita pasti akan mengalaminya. Kekawatiran serta rasa takut ditinggalkan orang yang kita kasihi adalah rasa yang tidak bisa kita abaikan, karena hidup kita saat ini bersifat sementara. Murid-murid Yesus merasa sedih dan terluka saat mendengar akan berpisah dengan Dia. Namun Yesus memberikan janji bahwa Dia akan melihat mereka kembali. Dan pada saat itu, tidak ada yang dapat merampas kegembiraan itu dari kita. Satu saat Yesus akan datang kembali lagi menjemput kita yang setia kepadaNya. Dan di saat yang berbahagia itu, kita akan kembali bertemu dengan orang yang kita kasihi. Kegembiraan yang luar biasa akan menjadi milik kita semua.

Stay faithful and be glad !