Saturday, February 26, 2011

Allah Mengerti


Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”



Sore itu, saya bagaikan disambar petir di siang bolong. Tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba saya dipanggil atasan saya di ruang rapat seraya berkata, “Maaf, anda tidak bisa meneruskan pekerjaan lagi di kantor ini!” Kalimat tersebut membuat saya tersentak dan kaku oleh karena tidak ada tanda-tanda, bahkan surat peringatan sebelumnya. “Wah, bagaimana jadinya dengan istri dan anakku, kalau aku di-PHK”, pikirku dalam hati, dibarengi dengan perasaan tertekan yang luar biasa. Akhirnya, dengan kecewa saya menerima pemutusan hubungan kerja (PHK) termasuk pembayaran hak saya sebagai karyawan setelah atasan saya menjelaskan alasannya sambil memberikan opsi apakah saya mau bekerja hingga akhir bulan atau langsung mengundurkan diri keesokan harinya.

Tanpa tahu mau berbuat apa, pikiran gelisah tidak karuan. "Sebagai kepala keluarga saya harus menafkahi istri dan anak, padahal saya tidak punya pekerjaan lagi. Belum lagi cicilan rumah, tagihan kartu kredit, pelunasan pinjaman dana, mau dibayar dengan apa?”, pikir saya. Setelah sekian lama dalam kebingungan, akhirnya saya memutuskan untuk memberitahu istri dan menceritakannya melalui telepon dalam perjalanan pulang ke rumah. Betapa sedih hatiku saat mendengar suara istri saya agak sedikit lesu. ”kena PHK Pa?”, katanya. Saya berusaha menenangkan hati istri saya, dengan mengatakan Tuhan akan memelihara kita. Sudah pasti saya merasa tidak begitu nyaman lagi bekerja, namun saya harus selesaikan pekerjaan yang tersisa, bertemu dengan bagian personalia dan atasan saya untuk menyelesaikan segala hak dan kewajiban yang harus saya selesaikan dan terima dari perusahaan. Akhirnya uang pesangon yang kami dapatkan mulai kami alokasikan untuk berbagai keperluan termasuk untuk perbaikan atap rumah yang bocor dan memerlukan perbaikan. Tukangpun mulai bekerja untuk melapisi atap dengan pelapis anti bocor dan didapati ternyata kayu-kayu atas rumah kebanyakan telah di makan rayap dan keropos. “Pak, kayu-kayunya sudah rusak dan keropos, lebih baik diganti, sebelum terjadi kerusakan lebih parah”, demikian kata tukang pada saya.

Saya teringat kisah Yusuf. Dengan maksud yang tidak baik ia dijual oleh saudara-saudaranya dan menjadi budak di Mesir. Namun Allah berencana lain sehingga Yusuf menjadi orang tersohor setelah Firaun di Mesir. Lewat kedudukannya, dia bisa memelihara kehidupannya, keluarganya dan orang tuanya. Dia tidak membalas, bahkan dia berkata, ”… janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri.. Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong”, Kej 45:5,7. Orang lain bisa saja merancangkan yang tidak baik bagi kita, namun Allah sanggup menjadikan ketidakbaikan itu menjadi kebaikan dan berkat bagi kita.

Mari tetap berserah hanya kepada Tuhan, jangan membalas perbuatan jahat orang lain.


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.