Tuesday, February 01, 2011

Selamat Beristirahat Nenek Karo

Minggu pagi 30 Januari 2011, seusai acara Doa Bersama 10 hari, sementara anggota jemaat sedang membahas beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, bapak Ramlan Sormin menyampaikan berita duka cita atas meninggalnya ibunda dari bapak Chandra Peranginangin. Segera pimpinan departemen Rumah Tangga, bapak Viertin Tobing mengajak semua anggota yang hadir untuk bersama-sama ke Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk untuk mengadakan acara pelepasan jenazah oleh karena keluarga akan mengebumikan jenazah ibu Perangin-angin di Sumatera Utara.

Upacara pelepasan dimulai pada pukul 12.20 di kamar jenazah Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk dihadiri oleh sekitar 25 orang anggota jemaat dan beberapa orang keluarga. Pendeta J. Peranginangin, Pemimpin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Indonesia Kawasan Barat, beserta istri, hadir untuk memberikan penghiburan bagi keluarga yang berduka. Acara yang dipimpin oleh bapak Viertin Tobing dibuka dengan menyanyi dari Lagu Sion no 122 “Satu Masa Yang Tertentu” dan doa buka dilayangkan oleh bapak Ramlan Sormin. Sebuah lagu istimewa dilantunkan oleh anggota jemaat Kemang Pratama yang hadir siang itu dari Lagu Sion no 123 “Adakah Yesus Lindung Aku”.

Dengan perasaan duka yang mendalam, bapak Chandra Peranginangin menyampaikan kesaksiannya. Diceritakan bahwa ibunda tercinta ibu Tama Ulina Ketaren dinyatakan menderita penyakit kanker otak di akhir tahun 2009. Di awal tahun 2011 ini, keluarga membawa ibu Peranginangin untuk menjalani pengobatan herbal di Bandung. Pada seminggu pertama pengobatan terlihat hasil yang sangat baik pada kesehatan ibu ini hingga pengobatan berlanjut hingga 2 minggu, kemudian keluarga sudah bisa membawa ibu ini kembali ke Jakarta untuk selanjutnya akan berobat jalan. Pada pagi harinya setelah sampai di Jakarta, ibu Peranginangin mengajak seluruh keluarga untuk renungan pagi dan kemudian mengajak bapak Chandra untuk jalan pagi. Sepulangnya, ibu ini langsung tertidur sehingga bapak Chandra pun tak sempat lagi untuk berpamitan saat akan berangkat ke kantor. Namun sekitar jam 12 siang, bapak Chandra mendapat telepon yang mengabarkan bahwa ibunda terkasih mengalami muntah, dan akhirnya ibu ini pun dirawat dirumah sakit Awal Bros, Bekasi. Pada tanggal 26 Januari 2011, keluarga membawa kembali ibu Peranginangin pulang kerumah dan pada hari Sabat sore 29 Januari 2011, ibu Peranginangin menerima upacara peminyakan yang dilakukan oleh Pendeta Sonny Kapitan.

Yesus memiliki rencana yang indah bagi ibu Peranginangin, yang juga dikenal dengan sebutan Nenek Karo Irel, dengan melepaskannya dari segala penderitaan atas penyakit yang ada padanya di usianya yang ke 56 tahun pada hari Minggu pagi yang cerah tanggal 30 Januari 2011. Jenazah akan dikebumikan di Kuta Bulu, Tanak Karo, Sumatera Utara.

Khotbah pelepasan yang disampaikan oleh Pendeta Sonny Kapitan menyatakan bahwa Yesus juga mengerti akan kesedihan dan tangisan kita oleh karena Yesus juga pernah menangis sebagaimana dinyatakan dalam kitab Yohanes 11:35. Pendeta juga mengingatkan keluarga bahwa segala sesuatu ada waktunya, dalam Pengkotbah 3:2 dinyatakan ada waktu untuk meninggal, dan inilah waktu yang ditentukan Allah bagi Nenek Karo Irel untuk meninggal yang diyakini oleh umat Tuhan sebagai tidur sementara sambil menantikan Yesus datang untuk yang kedua kalinya. Keluarga juga diyakinkan bahwa kelak Yesus datang kita akan bertemu lagi dengan ibu Peranginangin oleh karena janji Tuhan dalam Wahyu 14:13 menyatakan bahwa akan berbahagia orang yang mati dalam Tuhan oleh karena perbuatannya akan mengikutinya. Tabiat dan perbuatan baik ibu Peranginangin semasa hidupnya yang takut dan menurut perintah Tuhan menjadi petunjuk bahwa ibu ini berbahagia dalam kematiannya dan menjadi jaminan kelak kita akan bertemu kembali saat Yesus datang untuk kedua kalinya nanti.

Ucapan turut berduka cita mewakili jemaat Kemang Pratama disampaikan oleh bapak David Tampubolon dan upacara pelepasan ditutup dengan doa yang dilayangkan oleh bapak Willy Wuisan. Jenazah segera di berangkatkan ke bandara Soekarno-Hatta untuk selanjutnya diterbangkan ke Medan untuk kemudian dibawa ke Kuta Bulu, Tanak Karo, Sumatera Utara.

Selamat beristirahat Nenek Karo Irel... teladan kehidupanmu akan menjadi semangat bagi kami yang ditinggalkan.

- sari tobing -