Monday, February 07, 2011

Ketika Keyakinan Kita Menjadi Taruhannya



Matius 5:10, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”






P
agi itu cuaca sangat cerah tatkala telepon genggamku berdering,"Kriiing …! Kriiiing ...!" Saya segera menekan tombol “OK” menandakan telepon saya terima. "Selamat pagi pak, apa saya bebas bicara dengan bapak saat ini?", suara seorang wanita terdengar di ujung sana. "Hi bu, selamat pagi juga! I am free and you can talk with me now. Apa yang bisa saya bantu?", tanyaku kepadanya. "Iya nih pak, saya mau update bapak. Salah satu klien kami saat ini sedang mencari seseorang untuk mengisi posisi yang lowong di salah satu departemen di perusahaan mereka", kata sang ibu dari perusahaan jasa rekrutmen ini menerangkan. "Kami berencana hendak mengirimkan biodata bapak kepada klien kami jika bapak berkenan", lanjutnya sambil menerangkan lebih jauh tentang perusahaan yang menjadi klien perusahaan jasa rekruitmen ini. Akhirnya pembicaraan kami pun diakhiri, dan saya menyetujui proposal ibu tersebut serta waktu dan tempat untuk wawancara dilangsungkan juga telah disepakati.

Hari itu Rabu pagi tepat pukul 8, wawancara berlangsung di tempat yang telah disepakati. Dihadiri oleh tiga orang yang merupakan tim pimpinan puncak perusahaan bertemu dengan saya. Pembicaraan berlangsung dengan santai namun cukup hangat tatkala Presiden Direktur dari perusahaan tersebut menanyakan berbagai hal yang dia perlu gali lebih jauh dari pengalaman saya selama bekerja selama kurang lebih 16 tahun. Saya pun segera menginformasikan tentang agama yang saya anut tatkala para pimpinan perusahaan tersebut memberikan waktu bagi saya untuk menanyakan berbagai hal yang perlu saya ketahui. Diskusi berlangsung cukup alot sampai akhirnya mereka mengerti tentang agama yang saya anut sebagai anggota gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Beberapa hari kemudian, telepon genggam saya kembali berbunyi dan saya menerima telepon tersebut. "Selamat pagi pak. Apa kabar hari ini?", sapa ibu dari perusahaan rekrutmen kepadaku lewat telepon. Saya menjawab ibu tersebut dan ia pun akhirnya memberitahukan hasil wawancara beberapa waktu sebelumnya. “Sesungguhnya bapak adalah the best candidate dari semua yang telah diwawancarai oleh klien kami, hanya mereka menanyakan lebih lanjut mengenai keyakinan yang dianut bapak", katanya mengawali pembicaraan. "Saat interview kemarin, bapak bilang tidak bisa berurusan dengan pekerjaan kantor di hari Sabtu itu. Apakah itu memang tidak dapat ditawar lagi?”, ibu itu bertanya meminta penjelasan saya. “Ibu, terima kasih untuk semua bantuannya. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya jikalau proses rekruitmen ini terhenti karena keyakinan yang saya anut". Saya pun menerangkan lebih lanjut tentang hal itu sambil menambahkan kata-kata berikut, “Bagi saya, tidak menduduki jabatan penting dalam perusahaan itu tidak menjadi soal sepanjang prinsip kepercayaan yang saya anut tidak terusik.” Demikian pembicaraan kami akhiri.

Sahabat-sahabatku yang kekasih, saya meyakini bahwa Allah yang aku sembah adalah Allah yang sanggup memberikan segala sesuatu yang kita perlukan bahkan hal mustahil yang kita pikirkan dan harapkan pun Ia dapat berikan jikalau Ia mau. Saya percaya lebih dari apa yang perusahaan itu tawarkan bahkan jabatan yang lebih tinggi dari itu pun kelak Allah akan berikan sepanjang kita setia dalam mempertahankan kebenaran yang telah kita terima dari-Nya. Jangan sedih dan tak perlu undur dari keyakinan kita sampai Yesus datang kedua kali dan Ia akan memahkotai kita dengan mahkota kehidupan yang dunia tiada dapat berikan.

Allah sumber segala rahmat dan pengasihan kiranya menyertai hidup kita. Have a good day today!

Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.